Sukses

Terus Ekspansi, Akankah Utang BUMN Bertambah?

Sektor transportasi, rasio DER BUMN sebesar 1,59 kali sementara rata-rata industri berada di posisi 1,96 kali.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan utang BUMN masih aman. Hal itu ditandai dengan aset 143 BUMN yang juga meningkat mencapai Rp 7.718 Triliun. Angka tersebut naik Rp 508 Triliun dari Rp 7.210 Triliun per Desember 2017.

Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K Ro mengatakan, meningkatnya utang BUMN merupakan satu hal yang biasa. Asalkan Debt to Equity BUMN masih berada di bawah rata-rata Debt to Equity industri.

"DER itu salah satu indikator kemampuan perusahaan melunasi utangnya, jadi tidak ada masalah. Bukan menghibur diri, karena memang faktanya begitu. Orang selalu takut," tegas Aloy di Kementerian BUMN, Selasa (4/12/2018).

Sektor transportasi, rasio DER BUMN sebesar 1,59 kali sementara rata-rata industri berada di posisi 1,96 kali. Sektor energi, BUMN 0,71 kali, sementara rata-rata industri 1,12 kali. Sektor telekomunikasi, DER BUMN di posisi 0,77 kali, sementara industri pada posisi 1,29 kali.

Adapun BUMN perbankan yang sedikit di atas industri yaitu sekitar 6 kali, dimana rata-rata industri sebesar 5,66 kali. Begitu pun dengan sektor properti dan konstruksi, DER BUMN mencapai 2,9 kali sedangkan rata-rata industri sekitar 1,03 kali.

"Hal tersebut menggambarkan peningkatan ekspansi dalam pembangunan infrastruktur di dalam negeri," tegas Aloy.

Lalu, dengan kondisi ekonomi Indonesia yang terus berkembang dan membutuhkan banyak pembangunan infrastruktur, apakah utang BUMN tersebut masih akan bertambah?

"China itu butuh 20 tahun (bangun infrastruktur). Masa kita cuma 4 tahun berhenti. Saya yakin masih akan terus dibangun," pungkas Aloy.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Daftar 10 BUMN Pemilik Utang Terbesar

Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengenai kondisi utang 10 BUMN terbesar. Sepuluh BUMN tersebut adalah BRI, Mandiri, BNI, PLN, Pertamina, BTN, Taspen, Waskita Karya, Telekomunikasi dan Pupuk Indonesia.

Deputi Bidang Restrukturisasi Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro mengatakan, hari ini hanya ada 6 BUMN yang hadir memberikan penjelasan kepada DPR. BUMN yang dimaksud adalah PT Pupuk Indonesia, PT Taspen, PT Waskita Karya, PT Pertamina, PT PLN, dan PT Telkom. 

"Terakhir laporan performa keuangan BUMN menggunakan dua titik waktu audit 2017 dan belum audit kuartal III 2018. Berhubung yang kita ajukan hari ini sediakala 10 BUMN dengan utangterbesar itu kami tampilan," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (3/12/2018).

Aloysius mengatakan, pengukuran utang ini dilakukan dengan membandingkan posisi utang dengan industri sejenis. Misalkan, utang PT Telkom dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lainnya.

"Apa ukuran kepantasan utang, tentu saja perusahaan yang maju, umumnya mendapatkan pendanaan dari 2 sumber. Kalau tidak penambahan modal baik pasar modal, atau kah PNM oleh pemilik," jelasnya.

Data ini, kata Aloysius, diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). "Data ini kami peroleh dari Bursa Efek Indonesia selain perundingan dengan BUMN sekaligus kami bandingkan dengan industri sejenisnya," tandasnya.