Sukses

Kunci Ekonomi Indonesia Lebih Stabil Dibandingkan Negara G20

Indonesia menjadi satu-satunya negara di G20 yang pertumbuhan ekonominya tetap stabil saat krisis 2008.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, konsumsi rumah tangga menjadi kunci ekonomi Indonesia mampu tumbuh stabil di kisaran 5 persen. Hal ini yang tidak dimiliki oleh negara-negara anggota G20 lain.

Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani mengatakan, selama ini konsumsi rumah tangga Indonesia konsisten berada di kisaran 5 persen. Dengan tingkat konsumsi ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terjaga stabil di level 5 persen.‎

"Konsumsi rumah tangga konsisten 5 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga stabil di 5 persen karena dipacu oleh konsumsi rumah tangga. Negara lain yang ekonominya ditopang oleh ekspor seperti Singapura, begitu terjadi gejolak global, dia langsung turun. Tapi kita tidak," ujar dia di Nusa Dua, Bali, Rabu (5/12/2018).

Seperti saat krisis ekonomi di 2008, lanjut dia, Indonesia menjadi satu-satunya negara di G20 yang pertumbuhan ekonominya tetap stabil. Bahkan kemudian pola pendorong ekonomi Indonesia dijadikan acuan bagi negara-negara lain.

"Saat krisis beberapa tahun lalu, eknomi negara-negara anggota G20 turun, hanya Indonesia yang ekonominya survive. Dan sekarang juga pertumbuhan ekonomi Indonesia juga stabil di 5 persen," ungkap dia.

Menurut Askolani, salah satu pendorong konsumsi rumah tangga Indonesia tetap stabil yaitu adanya sejumlah bantuan sosial yang diberikan pemerintah kepada masyarakat, khususnya golongan bawah. Bantuan sosial tersebut mampu menjaga tingkat konsumsi rumah tangga tetap tinggi.

"Dengan bantuan yang konsisten ini bisa mengentaskan kemiskinan. Kalau data (masyarakat miskin) kita salah ini tidak akan nendang. Kita bisa sinergi. Ini menyebabkan kemiskinan menurun," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Industri Syariah Mampu Topang Pertumbuhan Ekonomi RI

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya akan terus mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, baik melalui program-program Bank Indonesia maupun sebagai bagian program Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). Pengembangan ekonomi syariah diyakini dapat menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia.

"Kami meyakini bahwa pengembangan ekonomi syariah dapat menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia, sekaligus mengejar ketertinggalan dari negara-negara Iain," ujar Perry pada Selasa 27 November 2018.

Sebagai pilar pertama, pengembangan ekonomi syariah akan didorong melalui pengembangan ekosistem halal value chain (rantai nilai). Beberapa sasaran dikhususkan untuk sektor makanan, fashion, dan pariwisata, mendukung kampanye gaya hidup halal. 

"Kapasitas usaha syariah di lingkungan pesantren akan kami tingkatkan melalui berbagai linkage usaha antar pesantren, termasuk melalui pengembangan virtual market," jelas Perry.

Di sisi pendalaman pasar keuangan syariah, BI akan menerbitkan Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) sebagai instrumen moneter syariah yang dapat diperdagangkan sehingga memperkuat manajemen likuiditas perbankan syariah dan mendukung pengembangan instrumen keuangan syariah jangka panjang.

"Kami juga terus berpartisipasi aktif dalam mendorong pembiayaan ekonomi melalui penerbitan sukuk khususnya untuk pembangunan infrastruktur serta integrasi keuangan sosial dan komersial syariah, seperti pemberdayaan zakat dan wakaf produktif," jelasnya.

"Selain itu, edukasi dan kampanye pengembangan ekonomi-keuangan syariah dan gaya hidup halal digiatkan melalui penyelenggaraan secara rutin Festival Ekonomi Syariah (FeSyar) di tiga wilayah Indonesia dan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) bertaraf internasional," tandasnya.