Sukses

Pelemahan Yuan Seret Rupiah ke Level 14.425 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.362 per dolar AS hingga 14.425 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini.

Mengutip Bloomberg, Rabu (5/12/2018), rupiah dibuka di angka 14.364 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.291 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.362 per dolar AS hingga 14.425 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,42 persen.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, pergerakan mata uang rupiah kembali berbalik melemah menyusul sikap pelaku pasar yang kembali meragukan kesepakatan penangguhan pengenaan tarif impor diantara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

"Situasi itu membuat mata uang yuan China melemah dan berimbas pada pergerakan sejumlah mata uang di kawasan Asia lainnya, termasuk rupiah," katanya dikutip dari Antara.

Di sisi lain, lanjut dia, adanya perkiraan penurunan kredit konsumsi akibat imbas kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) turut menahan pergerakan mata uang rupiah.

"Situasi itu juga menjadi faktor penahan kenaikan rupiah," katanya.

Sementara itu, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan penerbitan front loading global bond senilai USD 3 miliar oleh pemerintah diharapkan dapat menjaga pergerakan rupiah.

"Front loading itu merupakan bagian dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk pembiayaan defisit APBN 2019 dan pembayaran SBN yang jatuh tempo senilai Rp 825,7 triliun," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Rupiah Dapat Kembali ke Posisi 14.000 per Dolar AS, Ini Syaratnya

Sebelumnya, Pengamat ekonomi Asian Development Bank (ADB) Eric Sugandi menjelaskan, rupiah bisa saja kembali ke posisi 14.000 per dolar AS. Akan tetapi, ada syarat yang mesti dipenuhi.

"Sampai akhir tahun saya perkirakan rupiah masih bergerak di kisaran Rp 14.000 - 14.300 per dolar AS. Tapi ini dengan  kecenderungan jika the Fed tidak naikkan suku bunga acuan lagi di bulan ini," ujar dia kepada Liputan6.com.

Eric menambahkan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang didukung baik dari sentimen internal maupun eksternal saat ini. 

"Selain karena ada inflows portofolio ke surat berharga negara (SBN) dan bursa saham. Faktor eksternal lain ialah karena statement Jerome Powell bahwa Federal Funds Rate (FFR) sudah sedikit berada di bawah neutral rate,”ujar dia.

Ia menilai, pernyataan Jerome Powell itu diinterprestasikan pelaku pasar keuangan dan valuta asing (valas) sebagai indikasi suku bunga acuan the Federal Reserve (the Fed) tidak naik pada Desember 2018.

"Kemudian juga gencatan senjata perang dagang AS - Cina setelah pertemuan Trump - Xi Jinping akhir pekan lalu. Ini memberikan sentimen positif bagi penguatan rupiah," ia menambahkan.

Meski begitu, menurut dia, pemerintah masih dihadapkan oleh persoalan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Ini membuat penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih bersifat terbatas.

"Masih ada masalah pada neraca pembayaran, terutama CAD, yang membuat daya topang fundamental ekonomi untuk penguatan lebih lanjut terbatas," paparnya.