Sukses

Perang Dagang Masih Jadi Tantangan Pengusaha pada 2019

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani membeberkan, salah satu tantangan terbesar pelaku usaha dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani membeberkan, salah satu tantangan terbesar pelaku usaha dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia.

Salah satunya adalah bagaimana pengusaha mampu memperluas usaha di tengah situasi panas antara perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

"Kami mencatat tantangan yang cukup dominan di tahun depan adalah seberapa besar keyakinan pelaku usaha kita untuk melakukan aktivitas ekspansi. Ada masalah tekanan ekonomi global," kata Hariyadi saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (5/12/2018).

Hariyadi mengatakan, ekspektasi dari pelaku usaha untuk ekspansi  ditentukan pada kuartal I 2019. Sementara, pada kuartal tersebut terjadi dinamika politik. 

Oleh karena itu, dirinya menilai apabila para pelaku usaha bisa ekspansi pada awal tahun, secara otomatis ke depan akan berjalan dengan baik.

"Kuartal pertama itu di suatu kondisi yang cukup sensitif. Tahun depan kuartal I ada pilpres. Penting kita lihat apakah pengusaha ekspansi. Kalau di kuartal I baik, di kuartal selanjutnya akan positif," ujar dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

 

2 dari 2 halaman

Pengusaha Perkirakan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen pada 2019

Sebelumnya, Asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 hanya akan mencapai angka 5,2 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan proyeksi yang ditargetkan pemerintah pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 yang dipatok 5,3 persen.

"Kami meyakini tahun depan pertumbuhan ekonomi masih di sekitar 5,2 persen, konservatif dari pemerintah yang menargetkan 5,3 persen. Kami melihat bahwa banyak faktor yang akan membuat pertumbuhan Indonesia tertekan," kata Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani, di Kantornya, Jakarta, Rabu 5 Desember 2018.

Hariyadi mengatakan, asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut mempertimbangkan kondisi situasi global yang masih akan terus bergejolak. Terutama, dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih berdampak sehingha mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi secara global.

"AS dan china mereka baru genjatan senjata, 90 hari ke depan tidak ada kenaikan dan tidak tahu seperti apa kondisinya. AS juga mulai memperhitungkan dengan Jepang. Ini kita pandang cukup pengaruh besar kepada pertumbuhan kita," jelasnya.

Hariyadi mengatakan, dari sisi domestik dinamika politik akan sangat memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia  di tahun depan. Sebab, secara otomatis bongkar pasang di pemerintahan pun akan terjadi.

"Kita tidak mengetahui komposisi pemerintahan baru seperti apa. Kurun waktu 10 bulan pemerintah akan menjalankan kabinet. Kemudian April efektivitas kinerja kabinet masih belum tahu persis seperti apa? selama masa pemilu itu juga pengaruhi penilaian kami belum optimal untuk capai target itu," ujar Haryadi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â