Sukses

Pantau Perkembangan Karyawan, Bos Istaka Karya Terjun Langsung ke Papua

Direktur Utama Istaka Karya sudah berangkat menuju Papua dengan tim gabungan dari Kementerian BUMN, Kementerian PUPR, serta perwakilan dari TNI.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Istaka Karya (Persero) Sigit Winanto telah tiba di Wamena, Papua, pada Rabu ini. Kedatangannya untuk memantau dan berkoordinasi langsung mengenai penanganan kasus penembakan di Yigi, Kabupaten Nduga.

Corporate Secretary Istaka Karya Yudi Kristanto mengatakan, Direktur Utama Istaka Karya sudah berangkat menuju wilayah tersebut bersama dengan tim gabungan dari Kementerian BUMN, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta perwakilan dari TNI.

"Sampai saat ini Pak Dirut kami dan Direktur Operasi standby di sana menunggu koordinasi dengan aparat kemanan. Merka standby di Wamena," kata Yudi kepada Liputan6.com, Rabu (5/12/2018).

Dia juga belum bisa memastikan 31 pekerja yang menjadi korban apakah seluruhnya pegawai Istaka Karya yang tengah mengerjakan proyek Jembatan Yigi atau tidak. Karena sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan hal itu dari petugas keamanan.

Dijelaskan Yudi, sebelum kejadian, pengerjaan jembatan Yigi sudah mencapai 70 persen. Sesuai kontrak yang diberikan Kementerian PUPR, jembatan ini akan rampung pada 2019.

Lalu, apakah dengan dihentikannya sementara proyek ini target penyelesaian jembatan tersebut akan molor?

"Terakhir sebelum kejadian masih sesuai target. Untuk proyek ini akan jalan lagi kapan yang jelas mungkin kami harus menunggu rekomendasi dari pihak keamanan lagi," terangnya.

Jembatan Yigi, menurut Yudi, menjadi salah satu dari 14 jembatan yang dikerjakan Istaka Karya dalam mendukung proyek jalan Trans Papua. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inilah Kesaksian Korban Selamat Insiden Penembakan Papua

Salah satu korban kekejaman kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, terhadap para pekerja jembatan di pedalaman Papua, yakni dari PT Istaka Karya, bernama Jimmy Aritonang. Usai kejadian pada 1 Desember 2018 lalu, dia mulai berani menceritakan kisah mengerikan yang dialaminya.

Jimmy merupakan salah satu dari 25 orang korban pekerja PT Istaka Karya saat kejadian. Jimmy berhasil lolos dan dievakuasi ke Wamena bersama empat orang pekerja PT Istaka Karya lainnya yang juga lolos dari kekejaman KKB. Mereka dievakuasi dengan menggunakan pesawat helikopter, Selasa (4/12) sekitar pukul 19.00 WIT.

Kisah Jimmy ini dirilis pihak Kodam XVII Cenderawasih, melalui Kapendam XVII Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi di Kota Jayapura, Papua, Rabu pagi, 5 Desember 2018.

Dari kisah Jimmy, kasus pembantaian para pekerja jembatan dan jalan pedalaman Papua ini berawal pada 1 Desember 2018. Menurut Jimmy, saat itu, seluruh karyawan PT Istaka Karya memutuskan untuk tak bekerja.

Sebab, kata Jimmy, rekan-rekannya sesama pekerja memahami di hari itu ada upacara peringatan 1 Desember yang diklaim sebagai hari kemerdekaan Papua yang dilakukan KKB dan hari itu dimeriahkan dengan upacara bakar batu bersama masyarakat.

Namun justru di hari yang sama, kata Jimmy, sekitar pukul 15.00 WIT, KKB mendatangi kemah PT Istaka Karya dan memaksa seluruh karyawan yang berjumlah 25 orang keluar dan selanjutnya digiring menuju Kali Karunggame dalam kondisi tangan terikat. Mereka dikawal sekitar 50 orang anggota KKB bersenjata campuran standar militer. 

Keesokan harinya, pada Minggu (2/12) pukul 07.00 WIT, seluruh pekerja dibawa berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat menuju bukit puncak Kabo, di tengah jalan mereka dipaksa berbaris dengan formasi lima saf baris dalam keadaan jalan jongkok.

Tak lama kemudian, kata Jimmy, para KKB dalam suasana kegirangan menari-nari dan berteriak-teriak khas di pedalaman Papua, lantas secara sadis menembaki para pekerja. Sebagian pekerja tertembak mati di tempat dan sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah.

Setelah itu, KKB meninggalkan para korban melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo. Dalam aksi brutal itu, 11 orang karyawan yang pura-pura mati berusaha bangkit kembali dan melarikan diri, termasuk dirinya.

Namun malang, kata Jimmy, mereka terlihat oleh KKB, sehingga mereka dikejar. Lima orang tertangkap dan digorok oleh KKB dan meninggal di tempat, sementara enam orang berhasil melarikan diri ke arah Mbua. Saat ini, dua orang di antaranya belum ditemukan. Jimmy bersama tiga rekannya berhasil lolos dan selamat.

Dalam rilis ini juga, tulis Kapendam XVII Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, aksi kebrutalan KKB tak berhenti di situ. Pada Senin (3/12) pukul 05.00 WIT Pos TNI 755/Yalet, tempat korban diamankan diserang oleh KKB bersenjata standar militer campuran panah dan tombak.

“Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah pos, sehingga salah seorang anggota yonif 755/Yalet a.n. Serda Handoko membuka jendela dan langsung tertembak dan meninggal dunia,” kata Aidi, Rabu, 5 Desember 2018.

Kemudian, anggota pos membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak sejak pukul 05.00 WIT hingga pukul 21.00 WIT. Karena situasi tak berimbang dan kondisi medan yang tak menguntungkan, maka pada Selasa (4/12) pukul 01.00 WIT dini hari, Danpos memutuskan umundur mencari medan perlindungan lebih menguntungkan.

“Saat itulah salah seorang anggota bernama Pratu Sugeng tertembak di lengan,” kata Aidi.

Waktu yang sama, Selasa (4/12) pukul 07.00 WIT, Satgas gabungan TNI/Polri berhasil menduduki Mbua dan melaksanakan penyelamatan serta evakuasi korban. “Saksi Jimmy Aritonang menyebutkan 19 pekerja dipastikan meninggal dunia ditembaki KKB di lereng bukit Puncak Kabo,” kata Aidi menambahkan.

Baca berita menarik lainnya di kabarpapua.co

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.