Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan, salah satu syarat agar ekonomi Indonesia dapat tumbuh stabil di atas lima persen adalah dengan menjaga defisit transaksi berjalan yang tetap rendah di bawah 2 persen terhadap PDB.
"Jika Indonesia mau tumbuh di atas 5 persen dan stabil tanpa volatilitas kita harus berusaha untuk mengatur defisit transaksi berjalan tidak lebih dari 2 persen," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, dalam acara 'High Level Policy Round Table on Manufacturing Sector Review, di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (5/12/2018)
Jika tidak demikian, ekonomi Indonesia masih rentan terhadap fluktuasi perekonomian global, misalnya tekanan dari pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat.
Advertisement
"Jika (defisit transaksi berjalan) kita bergerak di atas 2 persen GDP maka setiap saat ketika alam pergerakan dolar AS maka rupiah melemah, jika rupiah melemah itu akan menghantam industri, pinjaman luar negeri," ujar Mirza.
Baca Juga
Oleh karena itu, dia mendukung perubahan dalam struktur yang menyokong perekonomian Indonesia. Beberapa sektor yang perlu dikembangkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil antara sektor pariwisata dan industri.
"Perubahan struktural bagaimana mengurangi defisit transaksi berjalan kita tidak lebih dari 2 persen dari GDP. Caranya adalah melalui pariwisata dan industri," paparnya.
Mirza menambahkan, pasca-krisis tahun 1998, Indonesia berupaya menjaga agar kondisi perekonomian tetap sehat. Salah satunya dengan mengontrol defisit transaksi berjalan.
Sejauh ini, Indonesia berkomitmen untuk menjaga defisit transaksi berjalan di bawah 3 persen terhadap PDB. "Setelah 1998 kita masuk era reformasi. Jadi kita punya batas defisit anggaran 3 persen kita coba kontrol current account defisit tidak berada di atas 3 persen GDP. Itu prinsip yang coba kita atur," ujar dia.
Â
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Â
Kunci Ekonomi RI Lebih Stabil Dibandingkan Negara G20
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, konsumsi rumah tangga menjadi kunci ekonomi Indonesia mampu tumbuh stabil di kisaran 5 persen. Hal ini yang tidak dimiliki oleh negara-negara anggota G20 lain.
Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani mengatakan, selama ini konsumsi rumah tangga Indonesia konsisten berada di kisaran 5 persen. Dengan tingkat konsumsi ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terjaga stabil di level 5 persen.‎
"Konsumsi rumah tangga konsisten 5 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga stabil di 5 persen karena dipacu oleh konsumsi rumah tangga. Negara lain yang ekonominya ditopang oleh ekspor seperti Singapura, begitu terjadi gejolak global, dia langsung turun. Tapi kita tidak," ujar dia di Nusa Dua, Bali, Rabu 5 Desember 2018.
Seperti saat krisis ekonomi di 2008, lanjut dia, Indonesia menjadi satu-satunya negara di G20 yang pertumbuhan ekonominya tetap stabil. Bahkan kemudian pola pendorong ekonomi Indonesia dijadikan acuan bagi negara-negara lain.
"Saat krisis beberapa tahun lalu, eknomi negara-negara anggota G20 turun, hanya Indonesia yang ekonominya survive. Dan sekarang juga pertumbuhan ekonomi Indonesia juga stabil di 5 persen," ungkap dia.
Menurut Askolani, salah satu pendorong konsumsi rumah tangga Indonesia tetap stabil yaitu adanya sejumlah bantuan sosial yang diberikan pemerintah kepada masyarakat, khususnya golongan bawah. Bantuan sosial tersebut mampu menjaga tingkat konsumsi rumah tangga tetap tinggi.
"Dengan bantuan yang konsisten ini bisa mengentaskan kemiskinan. Kalau data (masyarakat miskin) kita salah ini tidak akan nendang. Kita bisa sinergi. Ini menyebabkan kemiskinan menurun," tandas dia.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement