Liputan6.com, Nusa Dua - Bank Indonesia (BI) mendorong pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk mengoptimalkan industri yang berorientasi ekspor. Hal tersebut sebagai salah satu strategi dalam menekan defisit transaksi berjalan.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan tentu diharapkan agar semua sektor industri dapat berkembang optimal. Namun demikian, industri yang kinerja ekspornya sudah positif patut dikembangkan lebih dahulu untuk menekan tingginya impor barang.
Advertisement
Baca Juga
"Bank Indonesia menambahkan juga kita perlu lihat pentahapan, kita mau dorong yang mana dulu. Kalau Bank Indonesia poinnya kita dorong yang selama ini net ekspornya sudah positif, artinya ada impor, ada ekspor dan hasilnya positif. Itu didorong lebih dulu supaya dapat devisa, kemudian kita mengembangkan industri manufaktur yang memang lebih banyak impornya," kata dia, di Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Menurut dia, jika pentahapan tersebut tidak diperhatikan alias yang didorong justru sektor yang masih dalam kategori net impor, maka defisit ekspor-impor Indonesia akan semakin besar defisit.
"Maka Bank Indonesia menyarankan kita dorong industri-industri yang sekarang sudah net ekspor positif," lanjut Mirza.
Dia mengatakan, saat ini sudah ada beberapa sektor yang masuk kategori net ekspor, seperti tekstil, sepatu, alas kaki, dan industri derivatifnya.
Dia menjelaskan, net ekspor berarti jika dibandingkan antara impor dengan eskpor di sektor tersebut, maka kinerja ekspor masih lebih positif.
"Industri makanan minuman itu juga net ekspor sudah positif. Untuk komoditi, kita kaya komoditi, tentu CPO, karet, dan derivatifnya," jelas Mirza.
Â
Selain itu, BI juga mengharapkan agar pemerintah turut mendorong pertumbuhan industri yang masuk dalam global suplay chain (rantai suplai global). Sebab hal tersebut akan memperluas pasar ekspor Indonesia.
"Otomotif ini dulu-dulu kita net impor, tapi karena sekarang kita sudah bisa ekspor. Kenapa otomotif sudah bisa ekspor, karena otomotif kita adalah bagian dari global suplay chain. Misalnya Toyota Indonesia adalah bagian dari Toyota grup Jepang dan bisa ekspor ke Thailand dan banyak negara itu karena bagian dari suplay chain dari perusahaan global," imbuhnya.
"Setelah itu baru kita dorong industri, seperti eletronik itu memang membutuhkan impor juga. Kemudian industri kimia, misalnya logam dasar itu pasti banyak impornya," tandasnya.