Sukses

Wawancara Khusus Dirut PNM: Potong Rantai Kemiskinan Lewat ULaMM dan Mekaar

Direktur Utama PT PNM Arief Mulyadi buka-bukaan apa saja yang sudah dilakukan perusahaan untuk memberikan permodalan bagi usaha mikro dan kecil di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat demi menggapai kemakmuran di Indonesia. Upaya yang dilakukan salah satunya dengan mendorong kemajuan usaha mikro dan kecil(UMK).

Adalah PT Permodalan Nasional Madani (PMN), BUMN yang fokus pada pembiayaan dan pendampingan usaha mikro kecil. PNM merupakan kepanjangtanganan pemerintah dalam memberikan pembiayaan dan pendampingan bagi keberadaan UMK di Tanah Air.

Maklum, permodalan kerap menjadi masalah yang mengikat kaki UMK di Indonesia untuk maju dan berkembang. Padahal, sektor ini menjadi salah satu yang mampu bertahan di saat Indonesia krisis. Melalui UMK pula, kekhasan Indonesia bisa dikenal dunia melalui berbagai produk yang dihasilkan.

Sebelumnya, PNM menyalurkan pembiayaan ke UMKMK secara tidak langsung atau melalui bank-bank maupun BPR/S. Pada tahun 2008, PNM melakukan transformasi bisnis berupa penyaluran pembiayaan secara langsung ke UMKMK dengan mendirikan ULaMM (Unit Layanan Modal Mikro). 

Adapula Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar). Mekaar memberikan layanan bagi perempuan pra sejahtera yang tidak memiliki modal untuk membuka usaha maupun modal untuk mengembangkan usaha mereka.

Lantas sudah sejauh mana kehadiran ULaMM  dan Mekaar mampu mengubah hidup masyarakat?.

Berikut petikan wawancara Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PMN) Arief Mulyadi dengan KLY Youniverse.

Beliau membeberkan bagaimana PNM berupaya memotong mata rantai kemiskinan di Indonesia, melalui program yang disiapkan seperti ULaMM dan Mekaar dengan dukungan dari pemerintah.

Berikut petikannya:

Bisa Dijelaskan Apa Saja Program Pembiayaan yang Ditawarkan PNM bagi Masyarakat?

Program utama kita adalah ULaMM dan Mekaar. ULaMM lahir sejak 10 tahun lalu. Transformasi awal ULaMM mulai Juni 2008. Ini direct financing kita ke pelaku Usaha Mikro Kecil. Saat ini ULaMM sudah punya 624 kantor dan 63 cabang. Jadi ada 687 kantor.

Segemennya Usaha Mikro Kecil (UMK) yang umumnya saat dibiayai sudah memulai usaha selama setahun, dengan nilai pembiayaan Rp 50 juta-Rp 400 juta. Nggak banyak, nasabah ULaMM 68 ribu sekian. Ini bergulir yang sudah naik kelas dia diambil bank silahkan. Tetap jadi nasabah kami juga ada.

Kenapa sedikit. Selain memang karena keterbatasan PNM soal dana, kita juga punya misi menciptakan role model pelaku usaha di daerah. Lebih mudah manage sedikit supaya konsisten.

Produk kedua kami, ini kesayangan para ibu  yaitu Mekaar atau Membina Keluarga Pra Sejahtera. Jadi 40 persen bangsa ini lah. Sasarannya agar para ibu agar bisa produktif.

Pilot Project di November 2015. Jadi seiring dengam PNM dapat tambahan Penyertaan Modal Negara Rp 1 triliun. Setelah 16 tahun cuma dapat Rp 300 miliar dari pemerintah, kemudian 2015 dapat tambahan Rp 1 triliun.

Ini Permintaan DPR, dengan mendapat modal ini bisa me-leverage bisnis dengan merangkul 1 juta pelaku Usaha Mikro Kecil di akhir 2019. Alhamdulillah per hari ini ada 3.938.000. Jadi target 2019 sebanyak 1 juta sudah lewat.

Sebetulnya kami sudah programkam 2019, kami tidak akan menambah banyak tapi tingkatkan kualitas 4 juta ini. Kemarin ini 2-3 tahun. Jadi nasabah PNM kita didik jujur, aktif dan terus berusaha.

Pada 2019, kita tingkatkan kualitas pembinaan. Ini sebenarnya sudah dilakukan 2018, kita berikan pendidikan tambahan. Misal 200 nasabah Mekaar di Tasik, dididik menjahit selama 10 hari.

Itu tidak cuma mendidik, hilirisasi juga kita berikan. Kita kawinkan, kita sinergikan nasabah ULaMM di situ. Syukur-syukur mereka bisa jadi di lokal. Sebagai off take nasabah ULaMM juga jadi pembimbing juga.

Ini kalau boleh kami simpulkan, kami tidak hanya memberikan modal financial, kami berikan 3 modal. Pertama modal financial, kedua modal intelektual, ketiga modal sosial.

Nanti akan tumbuh enterpreneur dari keluarga kecil yang mereka akan menjadi social enterpreneur. Itu yang harapan kami ke depan, menjadi basis ekonomi bangsa ini. Badai krisis menimpa kalau relation-nya terbangun pasti akan mudah cari solusi bersama.

 

Dari 3,9 Juta, Saat Ini Sudah Seberapa Besar Para Ibu yang Naik Kelas?

Hampir 80 persen itu jadi usahanya. Kalau diukur 2-3 tahun yang baru mulai usaha sekarang sudah sustain usahanya. Mereka sudah naik kelas, karena plafon kita tambah juga yang awalnya Rp 2 juta sekarang sudah ada yang sampai Rp 5 juta. Itu naik kelas.

Kalau 2017, Desember 2,1 juta jadi 1,6 juta sudah naik. Ini meyakinkan kami apa yang kami bina memang jalan. Ada yang awalnya jualan kue saat bulan puasa, sekarang sudah menjadi kegiatan bisnis mereka. Parameternya sudah kasih tambahan pembiayaan.

Bagaimana dengan Sistem Pembayaran yang Diberlakukan kepada Masyarakat?

Mingguan. Tenornya satu tahun.

Bagaimana Cara Mencegah agar Kredit Macet Rendah karena Pembiayaan Diberikan kepada masyarakat Bawah?

Mekaar per hari ini 0,11 itu gross (NPL). Padahal, mereka enggak kita minta jaminan sama sekali. Kuncinya, kami punya 24 ribu orang yang mendampingi 3,9 juta orang itu.

Kedua, tapi itu bagian dari pendampingan yang kami lakukan. Mereka kan modal bukan pelaku usaha yang orang terpaksa untuk bertahan hidup. Mereka mungkin bisa otomatis jadi keluarga yang sejahtera, jadi orang sejahtera. Tapi kami memotong rantai kemiskinan, karena anaknya sekarang bisa sekolah, bisa beli tas, dan lainnya.

Kalau pendidikan kan sudah gratis. Satu lagi, 24 ribu kita ambil dari keluarga pra sejahtera. Mereka mimpi pun enggak pernah jadi keluarga BUMN. Lulus SMA jadi penjaga toko, jadi pembantu rumah tangga, begitu biasanya.

Sekarang ada 24 ribu, ada orang pakai ID Card sama dengan saya dan seragam yang sama dengan saya. Itu mengangkat martabat anak dan keluarganya.

 

Ada yang PNM Sekolahkan?

Ada. Dari Papua kita tarik ke Jawa, kita didik dua mingguan baru kita kembalikan. Mereka menjadi agen pembangunan baru di sana. Sekitar 72 orang yang kita sekolahkan.

Program Pengembangan ke Luar Jawa?

Salah satu sasaran utama kami keluarga prasejahtera.

Kan kita tetap bisnis, jangan sampai di situ ada 10 orang kita buat cabang di situ. Tapi perlahan-lahan kita bangun seperti di Bengkulu. Mekaar sudah di 30 provinsi.

Idealnya Satu Kota Melayani Seberapa Banyak?

Idealnya 3.000 jadi di kantor ada 10-14 AO. Idealnya masing-masing AO pegang 300, sekarang baru 200 orang.

Bagaimana Prosedur mengikuti Program Mekaar?

Ini kan buttom up, jadi enggak menentukan kelompoknya ini dan itu. Jadi kalau mau jadi mitra kami, kumpulkan minimal 10 orang. Baru kita verifikasi.

Ada ukuran mereka sudah masuk kriteria belum. Setelah lulus baru mereka jadi nasabah. Ada persiapan pencairan, test selama 5 hari mereka harus datang dan akan diberikan penjelasan. Ini seleksi alam, yang memang membutuhkan pasti akan tekun ikut.

Setelah mereka lewatin 5 hari, baru hari ke 6 pembiayaan dicairkan. Minggu ke depan belum angsur, baru minggu ke 3 mereka mulai angsur. Pertemuan mnggu pertama dan kedua setelah pencairan ini akan ada komunikasi. Setelah itu baru angsur 50 kali.

Kita juga sedang jajaki cash bases. Jadi 4 juta nasabah kita akan punya rekening dan mereka jadi account baru diperbankam kalau program laku pandai berhasil.

Apa kelebihan Mekaar dibanding Pinjaman Online yang sedang Marak Akhir-akhir Ini?

Yang membuat orang berat jadi nasabah Mekaar karena setiap minggu harus kumpul. Tapi itu ada bimbingan plus jaringan usaha. Kalau fintech itu individual landing, kalau ini kami group landing.