Sukses

Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, RI Genjot Sektor Manufaktur

Bappenas menyusun target pertumbuhan ekonomi dalam RPJMN 2020-2024 di kisaran 5,4 hingga 6 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan terus mendorong sektor industri sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, pihaknya telah menyusun target pertumbuhan ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 di kisaran 5,4 hingga 6 persen.

Target pertumbuhan ekonomi 5,4-6 persen tersebut, bakal didukung oleh pertumbuhan industri pengolahan atau manufaktur di kisaran 5,4 persen hingga 7,05 persen. Jika demikian, menurut dia, ke depan ekonomi Indonesia tidak lagi bertumpu pada komoditas.

"5 tahun ke depan Indonesia telah bertransformasi menjadi negara industri. kita tidak perlu selalu berdoa agar booming harga komoditas kembali terjadi," kata dia, di Jakarta, Kamis (6/12/2018).

"Jika (booming harga komoditas) terjadi itu bagus. Tapi kita tidak bisa berharap terlalu banyak pada booming harga komoditas. Kita harus memastikan bahwa kita memiliki sumber pertumbuhan yang lebih stabil melalui industri," lanjut Bambang.

Dia mengakui, kontribusi industri manufaktur masih minim. Pada era awal tahun 1990-an kontribusi industri manufaktur terhadap PDB dapat mencapai 27 persen. Oleh karena itu pemerintah akan terus mendorong pertumbuhan industri dan meningkatkan kontribusinya terhadap PDB.

"Maka itu, bagaimana kita merevitalisasi sektor manufaktur, bagaimana manufaktur itu punya pertumbuhan yang lebih tinggi sehingga dia bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi. Karena manufaktur terbesar kontribusinya pada PDB jadi kalau manufaktur tumbuh lebih cepat ekonomi juga akan tumbuh lebih cepat," ujar dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

Perang Dagang dan Volatilitas Rupiah Bisa Pengaruhi Industri

Sementara itu, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto pun mengakui upaya untuk mengembalikan peran industri manufaktur terhadap perekonomian seperti yang terjadi pada awal 1990-an memang tidak mudah.

Terlebih, dalam beberapa tahun mendatang, dampak kondisi ekonomi global seperti perang dagang dan juga volatilitas nilai mata uang bisa semakin menekan pertumbuhan industri manufaktur.

"Kenaikan tingkat suku bunga dan kurs yang tidak stabil itu memukul industri dua kali. Jadi, faktor ini yg harus kita jaga agar likuiditas tetap terjaga, karena likuiditas juga mendorong pertumbuhan," ungkap Airlangga.

Salah satu upaya yang sedang gencar dilakukan Kementerian Perindustrian adalah melalui implementasi Industri 4.0 dan peningkatan kapasitas SDM. "Kita baru mengembalikan manufaktur menjadi mainstream pembangunan. Jadi ini sekarang semua membuat manufaktur menjadi mainstream kembali. Salah satu dari tujuan indusri 4.0 adalah mengembalikan mainstream," tutur dia.

"Mengembalikan industri tidak bisa jangka pendek. Ini jangka menengah termasuk SDM mengembalikan kembali sains dan teknologi, engineering, art dan mathematic (STEAM) jadi mainstream. Nah ini untuk pendidikan karena kita hrus mendukung STEAM itu," tegas Airlangga.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara, mengatakan BI mendukung upaya mendorong pertumbuhan industri. Saat ini kontribusi industri cukup besar terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni 20 persen. 

Oleh karena itu pertumbuhan industri juga akan berdampak signifikan pada perekonomian. Salah satunya tampak dari penyerapan tenaga kerja yang juga ikut tumbuh.

"Karena dengan 20 persen dari total PDB Indonesia itu besar. Dan kalau ini bisa kita tingkatkan, maka artinya penyerapan tenaga kerja dari sektor manufaktur juga bagus," tandas Mirza.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â