Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) prediksi inflasi Desember berada di kisaran 0,3 persen. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan BI pada minggu pertama Desember 2018.
Deputi Gubernur Senior Bank Indoneasia (BI), Mirza Adityaswara menyebutkan, jika kondisi ini berlanjut pada minggu selanjutnya, inflasi secara tahunan atau year on year berada pada angka 2,81 persen. Artinya, inflasi 2018 berada di bawah angka 3 persen.
"Ini survei inflasi. Untuk minggu pertama Desember 0,3 persen secara month to month (mtm), ini minggu pertama. Kalau memang bisa bertahan di 0,3 persen maka year to date (ytd) inflasi 2,81 persen dan yoy 2,81 persen juga," kata Mirzha saat dijumpai di Mesjid Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (7/12/2018).
Advertisement
Baca Juga
Inflasi tersebut naik tipis dibanding minggu pertama pada bulan sebelumnya yang hanya 0,27 persen. Dari hasil survei BI, Mirzha mengungkapkan ada beberapa harga komoditas yang terpantau harganya mulai naik di akhir tahun ini sehingga turut andil dalam menaikkan inflasi.
"Yang naik di minggu pertama secara mtm, telur ayam ras 8,5 persen, bawang merah 6,6 persen, wortel 11,6 persen, kacang panjang 7,1 persen. Yang agak turun ikan - ikanan,” ujar dia.
Selain itu, beberapa komoditas yang harganya terpantau naik pada awal Desember ini adalah beras, ikan bandeng, sawi hijau, tomat sayur, bayam. Kemudian udang basah dan ikan kembung.
Sementara itu, komoditas penyumbang deflasi di antaranya adalah cabai merah sebesar -0,02 persen, emas perhiasan -0,02 persen dan minyak goreng -0,01 persen.
"Kami, BI dan pemerintah pusat dan daerah berusaha supaya inflasi sampai akhir tahun bisa terjaga dengan baik. Kalau memang bisa dijaga di 0,3 persen maka kita akan memiliki inflasi di bawah 3 persen. Berarti kita bagus sekali bisa menjaga inflasi tiga tahun ini di sekitar 3 persen dan tahun ini bisa di bawah 3 persen,” ujar dia.
Selain itu, dia menegaskan menjadi penting sekali menjaga inflasi pada akhir tahun sebab banyak kegiatan belanja yang dilakukan oleh masyarakat. Terutama bagi yang merayakan Natal dan Tahun Baru.
"Ini penting sekali karena ini mendekati akhir tahun, mendekati natal bagi non muslim. Biasanya memang belanja mendekati akhir tahun lebh banyak aktifitas ekonomi juga lebih banyak, maka kita perlu menjaga inflasi bahan makanan supaya kita menjaga inflasi bisa rendah," ujar dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Jokowi Prediksi Inflasi 3,2 Persen hingga Akhir Tahun
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) prediksi inflasi hingga akhir tahun mencapai 3,2 persen. Angka inflasi ini masih dalam kisaran target tahunan pemerintah dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 3,5 plus minus 1 persen.
"Inflasi kita juga akhir tahun ini perkiraan kita 3,2 persen," ujar Jokowi di Ritz Carlton, Jakarta, Senin 3 Desember 2018.
Jokowi mengatakan, selain inflasi, pertumbuhan ekonomi dan defisit APBN juga terjaga. Pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2018 diprediksi berada di atas 5 persen dan defisit APBN sebesar 1,8 persen.
"Kondisi ini semakin baik defisit APBN kita tahun ini berapa bu menteri 1,8 persen, turun lagi karena pengelolaan fiskal kita yang sangat prudent yang sangat hati-hati," tutur dia.
Jokowi menambahkan, keterjagaan komponen ekonomi ini juga untuk mendongkrak kepercayaan internasional terhadap Indonesia. Jadi ke depan dampaknya berpengaruh terhadap penguatan rupiah.
"Apa yang ingin kita bangun ya trust kepercayaan kita bangun fiskal moneter kita sangat hati-hati. Saya dengan inflownya sudah kembali masuk. Ya jangan kaget kalau nanti dolar turun terus. Enggak tahu berapa kita juga ingin dolar turun drastis karena kita masih ingin seperti manfaat dari ekspor kita," tutur dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement