Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak lebih dari 2 persen pada perdagangan Jumat karena Arab Saudi dan produsen lain yang tergabung di dalam OPEC serta beberapa negara lain di luar OPEC seperti Rusia sepakat untuk memangkas produksi. Langkah pengurangan produksi ini agar persediaan di pasar global tak membludak.
Mengutip Reuters, Sabtu (8/12/2018), harga minyak mentah Brent naik USD 1,64 atau 2,9 persen menjadi USD 61,70 per barel pada pukul 1.46 sore waktu New York. Di awal perdagangan, harga minyak yang menjadi patokan global tersebut turun di bawah USD 60 per barel karena kekhawatiran pelaku pasar tak ada keputusan apapun dalam pertemuan OPEC.
Sedangkan untuk harga minyak mentah AS naik USD 1,10 menjadi USD 52,59 per barel, setelah sebelumnya mencapai sesi tertinggi di USD 54,22 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin Rusia, disebut sebagai OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi 1,2 juta barel per hari mulai 2019. Angka tersebut lebih besar dibandingkan harapan pasar yang berada di angka 1 juta barel per hari.
Meski ada tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan harga minyak mentah. Namun OPEC dan sekutunya tetap mencapai kesepakatan pemangkasan produksi tersebut.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengkonfirmasi pemotongan produksi gabungan 1,2 juta barel per hari tersebut. Menurutnya, jika tak ada pemotongan maka pasar akan kelebihan pasokan.
"Tanpa adanya pemotongan produksi ini akan ada tekanan ke bawah yang ekstrim di pasar," jelas John Paisie, Wakil Presiden Eksekutif Perusahaan Konsultan Energi Stratas Advisors.
"Saya pikir orang-orang Saudi mencoba untuk bersepakat dengan banyak pihak. mereka ingin memastikan mempertahankan hubungan dengan AS, tetapi mereka juga perlu melakukan pemotongan karena membutuhkan harga minyak yang lebih tinggi untuk menyeimbangkan anggaran mereka," tambah dia.
"Pemotongan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari ini tidak menghilangkan persediaan global tetapi mampu membangun harga semester pertama di tahun depan," kata Harry Tchilinguirian, analis energi di BNP Paribas, London.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kejatuhan
Harga minyak telah jatuh 30 persen sejak Oktober karena pasokan telah melonjak dan pertumbuhan permintaan global telah melemah.
Harga turun hampir 3 persen pada Kamis kemarin setelah OPEC mengakhiri pertemuan di Wina dengan hanya kesepakatan sementara untuk mengatasi harga yang lemah.
Pembicaraan dengan produsen lain diadakan pada hari Jumat.
Seorang sumber Reuters di OPEC mengatakan bahwa Iran memberi OPEC lampu hijau pada Jumat untuk mengurangi produksi minyak setelah menemukan kompromi dengan Arab Saudi atas kemungkinan pengecualian dari pemotongan.
Produksi dari produsen terbesar dunia - OPEC, Rusia dan Amerika Serikat - telah meningkat 3,3 juta barel per hari sejak akhir 2017 menjadi 56,38 juta barel per hari. Angka tersebut memenuhi hampir 60 persen dari konsumsi global.
Advertisement