Sukses

Menunggu Sidang The Fed, Rupiah Stabil di 14.500 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.497 per dolar AS hingga 14.535 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada pembukaan perdagangan.  Sentimen positif mengenai peningkatan cadangan devisa dapat menahan pelemahan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Senin (10/12/2018), rupiah dibuka di angka 14.497 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.480 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah menguat ke level 14.535 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.497 per dolar AS hingga 14.535 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 7,23 persen.

Sedangkan berdasaarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.517 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 14.539 per dolar AS.

Analis CSA Research Institue Reza Priyambada menjelaskan rupiah sempat mengalami tekanan di awal perdagangan karena masih dibayangi kebijakan yang akan diambil oleh Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

"Pergerakan rupiah kembali melemah dibayangi oleh pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 18-19 Desember nanti mengenai kebijakan suku bunga the Fed," kata Reza.

Ia menambahkan pelemahan rupiah juga masih dipengaruhi oleh masih adanya keraguan mengenai hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China yang diperkirakan masih berpotensi memanas.

"Faktor eksternal masih membayangi arah pergerakan rupiah," katanya.

Ia mengharapkan sentimen positif mengenai peningkatan cadangan devisa dapat menahan pelemahan rupiah lebih dalam agar tidak membuat pasar khawatir mengenai perekonomian nasional.

Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat 117,2 miliar dolar AS pada akhir November 2018, meningkat dibandingkan dengan 115,2 miliar dolar AS pada akhir Oktober 2018.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan ada potensi mata uang rupiah bisa sedikit menguat dengan sentimen naiknya posisi cadangan devisa pada bulan November 2018.

"Posisi yang membaik ini akan menjadi sentimen positif untuk rupiah karena ditopang dengan suplai yang membaik. Untuk bulan Desember 2018 kami perkirakan juga ada potensi kenaikan seiringan dengan penerbitan obligasi global pemerintah senilai USD 3 miliar," paparnya.

Ia memproyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran 14.450 per dolar AS hingga 14.470 per dolar AS pada awal pekan ini dengan tetap dalam penjagaan Bank Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Darmin Optimistis Rupiah Bakal Tembus 13.700 per Dolar AS

Sebelumnya, Menteri koordinator (Menko) bidang perekonomian, Darmin Nasutionoptimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan kembali menguat ke level 13.700.

Mulai akhir November 2018, tren nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat ke posisi 14.200 usai anjlok hingga tembus level 15.000. Darmin optimistis penguatan rupiah tersebut didorong kondisi defisit transaki berjalan atau Current Account Defisit (CAD) yang turun meski perlahan. Dengan demikian Darmin yakin rupiah akan kembali pada posisi awal 2018 yaitu kisaran level 13.700 hingga 13.800 per dolar AS.

"Sebelum mulai gunjang ganjing itu kurs 13.360,” kata Darmin dalam sebuah cara seminar nasional di Grand Sahid Jaya, Jakarta pada Rabu 5 Desember 2018. 

"Saya menduga dia masih bisa tembus kalau ini didorong dengan baik, walaupun tidak bisa 13.500, harus sudah di sekitar 13.700-17.800," dia menambahkan.

Selain itu, aliran modal masuk juga meningkat. Mengutip data Bank Indonesia hingga 25 Oktober atau month to date (mtd) nilai aliran modal asing yang masuk mencapai Rp 8,26 triliun. Sedangkan total nilai modal asing yang masuk dari Januari hingga 25 Oktober 2018 mencapai Rp 22,97 triliun.

"Kalau Anda perhatikan sejak 30 Oktober sebenarnya inflow sudah masuk," ujar dia.

Dia menegaskan, pemerintah harus cepat tanggap dengan membuat investor semakin tertarik menanamkan uangnya di Indonesia. Beberapa kebijakan yang bertujuan menumbuhkan kepercayaan dari pasar.

"Dan itu sebabnya seminggu kemudian BI (Bank Indonesia) naikkan suku bunga, seminggu kemudian kita keluarkan paket kebijakan.  Itu untuk mendorong," ujar dia.

Jika kondisi nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar AS, Darmin menyatakan defisit transaksi berjalan ataupun CAD tidak akan menjadi masalah meski terguncang oleh kondisi ekonomi global.

"Kalau itu kita bisa dorong dalam sebulan dua bula nini maka sebenarnya persoalan transaksi berjalan bukan lagi menjadi masalah yang terguncang, karena bukan transaksi berjalan yang bikin masalah tapi transaksi modal dan finansial," ujar dia.