Sukses

Demi Beli Nama, Miliarder Elon Musk Harus Rogoh Kocek Rp 1,45 Miliar

Elon Musk bercerita mengenai mencari nama yang tepat untuk Tesla.

Liputan6.com, Palo Alto - "Apalah arti sebuah nama?" renung Juliet Capulet ketika sadar marga milik Romeo adalah nama keluarga musuh. Bagi miliarder Elon Musk ternyata nama sangatlah signifikan sampai ia rela mengeluarkan banyak uang.

Dikutip dari Fortune, Senin (10/12/2018), Elon Musk merogoh kocek sampai USD 75 ribu atau setara Rp 1,45 miliar (USD 1 = Rp 14.539) demi mendapat hak atas nama Tesla dari perusahaan lain. Ini ia lakukan pada akhir 2004 silam untuk perusahaan mobil listrik.

"Trivia sejarah Tesla: kita sebetulnya tidak membuat nama Tesla Motors. Membeli trademark itu dari Brad Siewert seharga USD 75 ribu di akhir 2004," ucap Elon Musk dalam cuitannya.

Siewert adalah pria asal Sacramento, California, yang memiliki hak nama Tesla Motors. Ia memakai nama itu sejak tahun 1994.

Rencana awal, Tesla ingin memakai nama Faraday. Musk menyebut nama Faraday malah sekarang dipakai oleh kompetitor Tesla, yakni Faraday Future yang juga fokus di bidang kendaraan listrik.

Elon Musk turut mempertegas nama Tesla berasal dari nama Nikola Tesla, ilmuwan di bidang listrik. Tesla dikenal akan kepribadiannya yang eksentrik dan memiliki ingatan fotografis sehingga dapat mengingat suatu obyek dengan sangat rinci.

Nama Tesla dan Thomas Edison masih sering menjadi sumber perdebatan di dunia fisika, sebab Tesla dipandang lebih pas dipanggil Bapak Listrik. Nama Farraday juga berasal dari ilmuwan listrik kebangsaan Inggris, yaitu Michael Farraday.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Abaikan Risiko Tewas, Elon Musk Berencana Pindah ke Planet Mars

Ilmuwan sekaligus pengusaha teknologi, Elon Musk, sedang mempertimbangkan untuk pindah ke Mars, dan mengklaim peluang 70 persen untuk melakukannya.

"Saya tahu persis apa yang harus dilakukan," kata miliarder pendiri Tesla dalam sebuah wawancara dengan acara Axios di saluran televisi HBO.

"Saya berbicara tentang pindah ke sana (Mars)," ujar Musk, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Senin, 26 November 2018. Dia juga menyiratkan bahwa langkah semacam itu mungkin permanen, mengatakan: "Kita pikir seseorang dapat kembali, tetapi kami tidak yakin".

Wawancara disiarkan sehari sebelum pendaratan Mars yang dijadwalkan terjadi Senin malam waktu Amerika Serikat, oleh pesawat antariksa InSight.

Menurut kantor berita AP, wahana NASA itu akan menggunakan "mol mekanik untuk menggali kedalaman 16 kaki guna mengukur panas internal, dan seismometer untuk merekam gerakan gempa, serangan meteorit, dan apa pun yang mungkin memicu goyangan di planet merah."

Sebelumnya, Elon Musk  telah berbicara tentang ambisinya untuk melakukan perjalanan ke Mars.

Berbicara kepada Axios, ia menyebutkan peluang 70 persen bahwa ia akan hidup untuk mengendarai salah satu roket SpaceX-nya dan menjelajahi planet merah.

Bertentangan dengan pemikiran para ahli antariksa, pengusaha kelahiran Afrika Selatan itu mengatakan, dia pikir penerbangan semacam itu mungkin bisa dilakukan tujuh tahun dari sekarang, dengan tiket seharga "sekitar beberapa ratus ribu dolar", atau setara miliaran rupiah.

Elon Musk, yang mengalami tahun yang sulit karena tingkah lakunya yang tidak menentu, yang telah memicu badai media sosial dan fluktuasi dalam harga saham perusahaannya, mengatakan ia tahu bepergian ke Mars bisa berakibat fatal.

"Kemungkinan Anda mati di Mars jauh lebih tinggi daripada di Bumi," katanya, menambahkan.

Jika dia berhasil mendarat di Mars, dia bercita-cita untuk bekerja "non-stop dalam membangun basis kehidupan" setempat.

Â