Sukses

Usia Muda Bukan Jadi Penghalang bagi Wanita Ini Sukses Berbisnis

Wanita ini berjuang habis-habisan demi mewujudkan mimpinya menjadi seorang pengusaha.

Liputan6.com, Jakarta - Muda, cantik, dan berani ambil risiko sepertinya cocok untuk menggambarkan sosok Mandy Chan, wanita 22 tahun yang kini sukses menjadi pendiri start-up Bow. Bisnis yang digarapnya bergerak di bidang penjualan aksesoris travel dan olahraga.

Jauh dari kata mudah, Mandy berjuang habis-habisan demi mewujudkan mimpinya menjadi seorang pengusaha. Dia bahkan harus menunda pendidikannya dan melanggar keinginan sang orangtua yang lebih senang anaknya melanjutkan kuliah.

Melansir laman Business Insider, Minggu (16/12/2018), meski di usia muda, ia sudah mengalami banyak hal sulit di dunia bisnis. Ia memilih cuti dari Victoria Junior College saat masih remaja demi memulai bisnisnya.

Hal itu tentu saja sempat membuat renggang hubungannya dengan orangtua. Orangtua Mandy bahkan menghentikan pemberian uang padanya.

"Saat saya memulai bisnis pertama saya, mereka menghentikan pemberian uang dan itu lantaran saya harus bertanggungjawab atas keputusan saya," tutur dia.

Saat mulai kehabisan uang, Mandy bahkan mengambil beberapa pekerjaan paruh waktu guna menambah penghasilannya. Setelah bisnis pertama gagal, ia lantas melamar ke Singapore Management University untuk belajar bisnis.

Namun, dua tahun kemudian, dia kembali keluar sekolah guna fokus pada ide bisnis barunya. Baginya itu hal biasa yang bisa ia lakukan guna mencapai mimpinya.

"Kalau bukan sekarang, lalu kapan?" tutur dia.

Dengan sedikit uang dan pegalaman ia bahkan terbang sendiri ke China demi menemui produsen tas untuk mengeksekusi ide bisnisnya. Menurut dia, pergi ke sana cukup menakutkan mengingat dia hanya pernah pergi ke Malaysia dengan keluarganya.

Dia bahkan mengambil perjalanan malam selama 14 jam dari Guangzhou ke Xiamen agar tidak perlu menginap di hotel. Dia sempat merasa sangat ketakutan.

Akan tetapi, ketakutan dan uang yang sedikit bukan satu-satunya masalah. Mandy akhirnya tahu, usianya yang masih muda bisa menjadi penghalang mimpinya.

"Saat di Shanghai, saat para produsen melihat saya, mereka tahu saya masih sangat muda. Dan sikap mereka benar-benar tidak baik. Kebanyakan malah menyuruh saya kembali ke Singapura," kenangnya.

 

2 dari 2 halaman

Belajar dari penolakan

Di Singapura, dia kembali berjuang. Ia tak segan bertanya pada orang asing yang melintas di jalanan mengenai tas-tas yang akan diproduksinya. Kebanyakan tentu saja menolak.

"Seorang pria berjas malah menyuruh saya kembali sekolah. Dan itu membuat saya merasa hancur," kata dia.

Namun, kemudian, Mandy belajar dari semua penolakan yang dia terima. Jadi ia berusaha untuk tetap positif dan berpikir, setelah ini produknya mungkin bisa diterima.

Saat ini, Mandy telah berhasil menjual lebih dari 10 ribu tas multifungsi. Dia juga bekerjasama dengan desainer Singapura Koh Choon Kiat. Kini dia memiliki beberapa pegawai untuk bekerjasama. Hubungan Mandi dengan kedua orangtua juga mulai membaik.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â