Sukses

Keluarga Tuntut Pencarian Korban Lion Air JT-610 Tahap Kedua

Puluhan Keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 PK-LQP menuntut adanya tahap kedua proses evakuasi jenazah korban.

Liputan6.com, Jakarta - Puluhan Keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 PK-LQP menuntut adanya tahap kedua proses evakuasi jenazah korban. Seperti diketahui proses pencarian tersebut dihentikan setelah 13 hari berlangsung sejak insiden terjadi.

Masih ada 64 jenazah yang belum teridentifikasi hingga saat ini. Tidak hanya yang jenazahnya belum ditemukan, keluarga 125 korban yang telah teridentifikasi pun menuntut hal yang sama sebagai bentuk solidaritas.

 Johan Harry Saroinsong, ayah dari korban bernama Hizkia Jorry Saroingsong menilai upaya pemerintah dan pihak terkait yang telah dilakukan selama ini belum maksimal dalam melakukan proses pencarian korban di lokasi. Padahal, dia menyatakan bahwa laut jawa merupakan perairan dangkal sehingga pencarian seharusnya dapat lebih mudah dilakukan. 

“64 jenazah ini kami mau sudah harus diangkat karena secara geografis itu kan laut jawa itu kan dangkal, jadi sebenarnya teoritis kan sebenarnya bisa dicari. Menurut Basarnas katanya udah gak bisa tapi menurut kami sih masih bisa, dangkal itu Laut Jawa bukan kayak Adam Air di Laut Sulawesi, Malaysian Air di laut China Selatan kan dalam, ini kan dangkal cuma 35 meter,” kata dia saat ditemui dalam aksi penyampaian aspirasi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (13/12/2018). 

“Jadi belum dilakukan upaya maksimal aaja, katanya kan kapal dari Singapura canggih bisa mendeteksi lumpur segala macam,” dia menambahkan. 

Dia menegaskan pihak keluarga korban ingin melihat usaha Lion Air secara nyata dalam melakukan proses evakuasi korban kecelakaan tersebut. Terlebih sebelumnya pihak perusahaan sempat menjanjikan adanya tahap kedua proses pencarian korban. Oleh karena itu mereka meminta bantuan kepada Presiden Joko Widodo untuk menjembatani tuntutan mereka pada perusahaan maskapai tersebut. 

“Supaya Pak Presiden juga melihat bahwa memang sebenarnya  jadi menurut saya, kami datang ke sini untuk menyuarakan lebih keras jadi surat yang kami ajukan ini, buat kami menyatakan aspirasi kami selama ini supaya pak Jokowi juga merespon,” ujarnya. 

 

2 dari 2 halaman

Pemakaman yang Layak

Dia berharap, keinginan para pihak keluarga dapat terkabul agar dapat melakukan pemakaman secara layak. “Jadi saya kira Pak Jokowi memerintahkan lebih lagi, saya kira pasti ditemukan,” ujarnya. 

“Bayangkan kalau keluarga presiden, keluarga pejabat sendiri yang korban saya kira seluruh upaya yang ada di negeri ini dilakukan. Ini anak kandung saya loh, anak laki-laki saya dan banyak yang juga mengalami hal itu. Padahal kan sebenarnya korban ini kan ada yang dari kmenterian keuangan, jaksa, polisi, hakim, banyak potensi SDM di negeri ini yang sebenarnya mati secara sia-sia. Jadi Indonesia ini sebenarnya banyak kehilangan SDM yang luar biasa di tragedi Lion Air,” jelasnyanya. 

Dalam kesempatan serupa, Inchy Ayorbaya, istri dari korban Paul Ferdinand Ayorbaba mengutarakan hal yang sama. Jenazah suaminya sudah ditemukan dan teridentifikasi. Namun dia tetap ingin proses pencarian tetap dilanjutkan sebab waktu 13 hari dinilai terlalu singkat untuk proses evakuasi kecelakaan pesawat. 

“Lanjutkan pencarian saudara-saudara kami yang disana apapun yang didapat supaya bisa menguburkannya dengan layak,” ujarnya dengan lantang. 

Serupa, Vina yang hari ini datang mewakili keluarganya menginginkan proses pencarian tetap dilakukan. Sebab sepupunya yang berusia 21 tahun, Michelle Vergina masih belum ditemukan jenazanhnya. Sementara jasad ayah dan saudara Michelle saat ini sudah ditemukan dan teridentifikasi. “Kita mau kasih pemakaman yang layak buat mereka,” tuturnya.

Reporter:Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com