Sukses

Sambut Akhir Pekan, Rupiah Melemah Terbatas

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis menjelang akhir pekan ini. Hal itu didorong sentimen eksternal terutama rilis data ekonomi China.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis menjelang akhir pekan ini. Hal itu didorong sentimen eksternal terutama rilis data ekonomi China.

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) atau kurs tengah Bank Indonesia (BI), Jumat (14/12/2018), rupiah melemah tipis terhadap dolar AS. Rupiah turun dua poin atau 0,01 persen ke posisi 14.538 dari perdagangan 13 Desember 2018 di posisi 14.536.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,13 persen ke posisi 14.515 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di posisi 14.496 per dolar AS. Jumat siang, rupiah berada di posisi 14.560 per dolar AS.

Sepanjang Jumat pekan ini, rupiah bergerak di kisaran 14.513-14.560 per dolar AS. Dengan begitu, koreksi rupiah mencapai 7,42 persen sepanjang tahun berjalan 2018.

Ekonom PT Bank Pertama Tbk, Josua Pardede menuturkan, pergerakan rupiah terhadap dolar AS lebih dipengaruhi sentimen eksternal. Bank sentral Eropa memutuskan mengurangi pembelian obligasi dan meningkatkan suku bunga acuan membuat euro menguat. Selain itu, Bank Sentral Eropa juga memangkas pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa menjadi 1,9 persen.

Menjelang akhir pekan ini, China merilis data penjualan ritel turun dari 8,6 persen menjadi 8,1 persen. Data produksi industri susut menjadi 5,4 persen dari 5,9 persen.

Hal ini menurut Josua menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sentimen lainnya juga dari fokus investor terhadap pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve. Diperkirakan the Federal Reserve menaikkan suku bunga pada pertemuan pertengahan Desember 2018.

"Dampak dari concern perang dagang sudah mulai terasa dari data ekonomi. Rupiah melemah didorong dari data ekonomi China, dan minggu depan ada pertemuan the Fed kemungkinan naikkan suku bunga,” ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (14/12/2018).

Sedangkan dari internal, menurut Josua sepi sentimen. Pelaku pasar menanti rilis data neraca perdagangan Indonesia pada pekan ketiga Desember 2018. Diperkirakan Indonesia masih alami defisit neraca perdagangan. “Pergerakan rupiah masih ikuti tren global,” ujar dia.

 

2 dari 2 halaman

Kekhawatiran Perang Dagang Mereda, Rupiah Kembali Menguat

Sebelumnya, nilai tukar rupiah bergerak menguat pada perdagangan Kamis ini. mata uang rupiah mampu bertahan di area penguatan terhadap dolar AS menyusul berkurangnya kekhawatiran perang dagang.

Mengutip Bloomberg, Kamis 13 Desember 2018, rupiah dibuka di angka 14.542 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.597 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus menguat ke 14.492 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.492 per dolar AS hingga 14.555 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,92 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.536 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.577 per dolar AS.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, mata uang rupiah mampu bertahan di area penguatan terhadap dolar AS menyusul berkurangnya kekhawatiran perang dagang.

"Pasar merespons positif pemangkasan tarif impor oleh Tiongkok atas kendaraan dari AS," katanya dikutip dari Antara.

Kendati demikian, menurut dia, penurunan dolar AS itu relatif terbatas menyusul munculnya reaksi negatif atas sikap Presiden AS Donald Trump yang akan menuntut China atas tuduhan peretasan dan kegiatan spionase ekonomi AS.

Selain itu, lanjut dia, pelaku pasar uang juga sedang mengantisipasi pertemuan Federal Reserve (Fed) pada pekan depan mengenai kebijakan suku bunganya pada tahun mendatang.

Dari dalam negeri, Reza Priyambada menilai sentimen mengenai makroekonomi Indonesia relatif kondusif dan stabil sehingga membuat laju rupiah bergerak menguat.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan pagi ini mata uang Asia seperti yen Jepang, dolar Hong Kong, dan dolar Singapura, kompak bergerak menguat terhadap dolar AS.

"Itu menjadi sentimen penguatan rupiah hari ini dan dengan tetap dalam penjagaan Bank Indonesia," katanya.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: