Sukses

Menko Darmin Akui Bulog Tidak Memiliki Stok Jagung

Pemerintah pun tidak memiliki data yang cukup kuat mengenai jumlah produksi jagung.

Liputan6.com, Blitar- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengakui bahwa pemerintah saat ini tidak memiliki stok jagung. Sebab itu pemerintah memilih jalan keluar untuk mendatangkan jagung dari luar alias impor guna memenuhi kebutuhan peternak mandiri.

"Terus terang Bulog (Badan urusan logistik) itu tugas yang kita berikan langsung pertama mengenai beras, kedua tadinya jagung, tetapi setelah kemudian dua tahun lalu Menteri Pertanian menganggap jagung sudah cukup, memang Bulog rasanya tidak punya stok jagung. Kalau harga naik tidak bisa operasi pasar," jelas Darmin di Blitar, seperti ditulis Jumat (15/12/2018).

"Jadi Bulog itu sekarang terbatas kepada beras, mungkin sedikit jagung, mungkin sedikit gula," tambah dia.

Di samping itu, pemerintah pun tidak memiliki data yang cukup kuat mengenai jumlah produksi jagung.

Sementara, apabila ada fluktuasi harga terlalu jauh pemerintah mengandalkan Bulog agar melakukan pemeliharaan stok. "Karena kita tidak punya sekarang ini, Bulog tidak menyimpan jagung," imbuhnya.

Menko Darmin menambahkan, pihaknya secara masif akan terus mengawal persoalan ini. Terlebih, untuk kondisi di lapangan dirinya menekankan itu menjadi tanggung jawab instansi terkait.

"Jadi yang bisa kita janjikan adalah kita turun ke lapangan, sebenarnya Menteri Pertanian, Bulog dan Menteri Perdagangan. Saya itu cuma mata-matai saja ya dan kalau tidak benar saya tegur. Dan itu saja kerja saya," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

Menko Darmin Janji Tuntaskan Masalah Jagung di Tingkat Peternak

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, berjanji akan segera menyelesaikan masalah terkait tingginya harga pakan jagung ditingkat pertenak.

Hal itu disampaikan, ketika dirinya mendengar langsung beberapa keluhan dari para peternak di Kabupaten Blitar.

"Jadi pokoknya kita akan urusin ini supaya bapak ibu tidak kecewa. Padahal sudah berusaha sekuat tenaga, kita janji," kata Darmin saat ditemui di Kabupaten Blitar, seperti ditulis Jumat (14/12/2018).

Dia menuturkan, pemerintah tidak tinggal diam dan sudah berupaya mengambil keputusan melalui pengadaan impor jagung sebanyak 100.000 ton hingga Desember 2018. Itu dilakukan untuk menekan harga pakan jagung di tingkat para peternak.

"Saya itu memberikan sampai dengan 100.000 ton jadi masih bisa dijalankan. Kita sudah perhitungan bahwa panen jagung tidak perlu nunggu lagi setelah pada Maret dan April," kata dia.

Sementara itu, terkait dengan jumlah impor jagung yang sudah masuk ke Indonesia, dirinya mengaku belum mengetahui angka pastinya. Terlebih, fokus pemerintah adalah berupaya mengendalikan kembali harga pakan jagung di tingkat peternak.

"Saya belum bisa (katakan) takutnya nanti saya salah. Pokoknya kita akan urusin supaya jangan sampai harga jagungnya naik lagi," ungkapnya.

Diketahui, sejumlah para peternak ayam bertelur di Desa Kebon Duren, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar masih mengeluhkan tingginya harga pakan ternak untuk jagung. Kondisi ini pun secara otomatis juga berdampak pada harga telur yang kemudian ikut naik.

"Pakan (jagung) sangat mahal terutama sekarang sampai hampir Rp 6.000 (per kilogram) dan itu menyulitkan peternak," kata salah satu Peternak Ayam, Wahyu Sanjaya saat ditemui di lokasi pertenakan, Kabupaten Blitar, Kamis 13 Desember 2018.

Wahyu mengatakan, tingginya harga jagung tersebut membuat dirinya harus memutar otak dan beralih untuk menggunakan bahan pakan yang lain. Sebab, rata-rata, dalam sehari saja untuk memenuhi sekitar 5.000 ayam miliknya, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai Rp 3 juta - Rp 3,5 juta.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Â