Liputan6.com, New York - Harga minyak merosot sekitar dua persen didorong bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang tertekan. Sementara itu, data ekonomi ekonomi China yang melemah menunjukkan permintaan bahan bakar lebih rendah.
Harga minyak Brent melemah USD 1,17 atau 1,9 persen ke posisi USD 60,28 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut USD 1,38 atau 2,62 persen ke posisi USD 51,20 per barel.
Selama sepekan, harga minyak acuan global Brent tergelincir hampir 2,3 persen. Harga minyak WTI merosot hampir 2,7 persen.
Advertisement
Baca Juga
"Harga minyak dipengaruhi aksi jual di bursa saham AS dan penguatan dolar AS yang terjadi seperti saat ini," tutur Presiden Direktur Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (15/12/2018).
Bursa saham AS atau wall street melemah seiring penjualan ritel China tumbuh pada November tetapi cenderung lajunya melemah sejak 2003. Produksi industri juga menguat dalam tiga tahun. Meski demikian, laporan ekonomi tersebut dihubungkan dengan situasi perang dagang AS-China.
Produksi minyak dari kilang China juga turun sejak Oktober. Ini menunjukkan pelonggaran permintaan minyak meski naik 2,9 persen dibandingkan tahun lalu.
"Minyak berada di bawah tekanan dari data ekonomi yang buruk dari China, meredam antusiasme karena pertumbuhan permintaan minyak yang baik pada 2019 karena pasar kelebihan pasokan," ujar Presiden Lipow Ooil, Andrew Lipow.
Prediksi 2019
Prihatin dengan meningkatnya kelebihan pasokan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen minyak lainnya, termasuk Rusia, sepakat mengurangi produksi 1,2 juta barel per hari pada pekan lalu atau lebih dari satu persen.
Badan Energi Internasional (IEA) juga mengharapkan defisit pasokan minyak pada kuartal II 2019. Ini dengan syarat para anggota OPEC dan produsen utama lainnya tetap konsisten dengan keputusan memangkas produksi.
IEA mempertahankan prediksi pertumbuhan minyak global 1,4 juta per hari pada 2018, tidak berubah dari proyeksi pada bulan lalu. Pihaknya memperkirakan pertumbuhan 1,3 juta barel per hari pada 2018.
Sedangkan Barclays mengatakan, harga minyak akan menguat pada semester I 2019 seiring penurunan persediaan, pemangkasan ekspor Arab Saudi dan sanksi Iran.
Perusahaan-perusahaan energi AS juga memangkas empat rig minyak dalam seminggu hingga 14 Desember. Hal itu berasarkan data perusahaan jasa energi General Baker.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement