Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang Januari-November 2018, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan pihak terkait telah menangkap 106 kapal ilegal yang beredar di perairan Indonesia.
Sekretaris Jenderal KKP, Nilanto Perbowo mengatakan, dari jumlah tersebut, terbanyak dari Indonesia yaitu sebanyak 65 kapal, Vietnam sebanyak 29 kapal, Malaysia sebanyak tujuh kapal, Filipina sebanyak lima kapal.
"Jadi total ada 106 kapal," ujar dia di Kantor KKP, Jakarta, Senin (17/12/2018).
Advertisement
Untuk jumlah kapal yang telah ditenggelamkan, pada periode November 2014-Agustus 2018, tercatat sebanyak 488 kapal.
Baca Juga
Rinciannya, berbendera Vietnam sebanyak 276 kapal, Filipina 90 kapal, Thailand 50 kapal, Malaysia 41 kapal, Indonesia 26 kapal, Papua Nugini dua kapal. Sementara China, Belize dan tanpa asal negara masing-masing sebanyak satu kapal.
Sementara untuk pelanggaran karantina, hingga 14 Desember 2018, KKP mencatat ada 416 kasus penyelundupan sumber daya ikan berhasil digagalkan. Sedangkan yang berhasil diselamatkan yaitu 2,4 juta ekor sumber daya ikan dengan nilai mencapai Rp 388,74 miliar.
Secara total, penanganan pelanggaran karantina ikan yaitu lobster sebanyak 2,26 juta ekor dengan nilai Rp 375,8 miliar, benih lobster sebanyak 2,2 juta ekor dengan nilai Rp 374,61 miliar, lobster bertelur sebanyak 443 ekor dengan nilai Rp 168,29 miliar, lobster undersize sebanyak 6.004 ekor dengan nilai Rp 1,07 miliar.
Kemudian, produk olahan ikan sebanyak 120.609 kg dengan nilai Rp 8,82 miliar, ikan hidup dan ikan hias sebanyak 2.211 ekor dengan nilai Rp 340,71 miliar dan sumber daya lain seperti cangkang, koral dan akar bahar sebanyak 1.178 pcs dengan nilai Rp 279,58 miliar.
Â
Menteri Susi Klaim Penenggelaman Kapal Tingkatkan Produksi Ikan
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, produksi perikanan terus meningkat. Kenaikan produksi ini juga didukung kebijakan penenggelaman kapal yang dilakukan pemerintah.
"Di ASEAN level kita top. Kita nomor satu jauh meninggalkan yang lain. Jadi jangan suka bilang kita bikin rusak ekonomi perikanan buktinya yang dulu tidak pernah nomor tiga di Asia Tenggara, dari tahun 2015 menjadi nomor satu terus. Kalau 2014, bukan policy kita. Desember 2014 kita mulai menenggelamkan kapal," ujarnya di Kantor Pusat KKP, Jakarta, Jumat 21 September 2018.
Menteri Susi menampik anggapan berbagai pihak bahwa penenggelaman kapal merupakan pekerjaan orang bodoh. Dia menegaskan, justru lebih bodoh apabila membiarkan kapal-kapal tersebut tetap beroperasi mencuri ikan puluhan tahun di lautan Indonesia.
"Jadi kalau ada yang bilang nenggelamin kapal itu kerjaan orang bodoh, lebih bodoh mana negara merdeka, punya kedaulatan membiarkan kapal-kapal asing ribuan bukan 1.000, 2.000 tapi lebih dari 7.000 kapal mencuri bertahun-tahun pakai solar yang disubsidi. Ayo lebih bodoh mana?. Nenggelamin kapal pencuri atau membiarkan pencurian bertahun-tahun," tegas dia.
Dengan adanya penenggelaman kapal pencuri ikan, hasil laut Indonesia pun terus meningkat. Hal ini juga membuat nelayan tidak hanya memperoleh tangkapan ikan-ikan kecil tetapi lebih kepada ikan-ikan besar yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
"Yang menarik adalah jumlah volumenya menurun tapi nilainya naik. Berarti penangkapan kita sudah benar dan selektif mencari value yang tinggi bukan hanya sampah yang diangkat ikan ikan kecil saja. Karena policy kita kapal cantrang beralih alat tangkap. Dapat kakap merah yang Rp 60.000 sampai Rp Rp 70.000," jelas dia.
"Jadi Kalau ada yang bilang kinerja perikanan dalam masa pemerintahan bapak Jokowi amburadul seperti di media sosial, ya ini datanya. Kalau ngomong jangan asal ngomong harus pakai data. Berarti policy yang dibuat pemerintah sudah benar," sambungnya.
Oleh karena itu, Menteri Susi berharap kebijakan penenggelaman kapal ini seharusnya tidak lagi menjadi perdebatan. Dia mengajak seluruh pihak agar bersama-sama terus meningkatkan produksi perikanan baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap.
"2018 baru dapat penghitungan satu semester volumenya semester 1, itu kita sudah di USD 2.272 juta, dibandingkan semester 1 tahun lalu kenaikannya 12.88 persen. Kita harapkan akhir tahun akan ada pelonjakan karena musim ikan itu wilayah timur, kalau hujan reda penangkapan bagus mulai Oktober. Jawa selatan juga sama baru musim hujan ini udang, ikan, lobster pada keluar," tutur dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement