Liputan6.com, New York - Harga minyak turun lebih dari 2 persen pada hari Senin (Selasa pagi WIB), dengan harga minyak mentah AS menyentuh level terendah sejak September 2017, dipicu tanda-tanda kelebihan pasokan di Amerika Serikat, kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan bahan bakar .
Dilansir dari Reuters, Selasa (18/12/2018), harga minyak Brent turun USD 67 sen atau 1,11 persen menjadi USD 59,61 per barel setelah turun ke sesi rendah USD 58,83 per barel.
Baca Juga
Harga minyak West Texas Intermediate (AS) yang jadi patokan minyak AS turun USD 1,32 atau 2,58 persen menjadi USD 49,88 per barel dan sempat jatuh ke level terendah USD 49,09 per barel.
Advertisement
Harga minyak WTI merosost setelah persediaan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma naik lebih dari 1 juta barel dari 11-14 Desember, kata para pedagang, mengutip data dari firma intelijen pasar Genscape.
Pedagang dan pelaku pasar mengamati dengan seksama persediaan di hub karena itu adalah titik pengiriman untuk kontrak berjangka dan mendukung hampir semua nilai minyak mentah regional lainnya.
“Ini jelas menunjukkan kekhawatiran bahwa ada lebih banyak pasokan dan permintaan yang melemah, ”kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago.
Harga minyak Brent dan WTI turun lebih dari 30 persen dari awal Oktober hingga akhir November karena melimpahnya stok. Namun harga telah stabil selama tiga minggu terakhir, karena produsen minyak telah berjanji untuk memangkas produksi.
Beberapa investor meragukan rencana pengurangan pasokan minyak oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain seperti Rusia akan cukup untuk menyeimbangkan pasar.
OPEC dan sekutunya telah sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) dari Januari, dalam sebuah langkah yang akan ditinjau pada pertemuan di bulan April.
Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei mengatakan kepada wartawan di Dubai pada hari Senin bahwa pasar minyak global sedang mengoreksi dan dia mengharapkan semua orang untuk mengurangi pasokan minyak di bawah kesepakatan yang dicapai awal bulan ini di Wina. Tetapi OPEC dan sekutunya memiliki tugas yang berat.
Produksi minyak shale AS tumbuh dengan mantap, mengambil pangsa pasar dari produsen minyak besar Timur Tengah di OPEC dan mempersulit mereka untuk menyeimbangkan anggaran mereka.
Produksi minyak shale dari tujuh cekungan utama serpih diperkirakan akan melampaui 8 juta barel per hari pada akhir tahun, Administrasi Informasi Energi AS mengatakan dalam laporan bulanan pada hari Senin.