Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Haris Munandar mengatakan, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas hanya bisa mencapai 5 persen hingga akhir 2018.
Angka ini lebih rendah daripada target pertumbuhan industri pengolahan nonmigas yang ditargetkan pihaknya sebesar 5,6 persen.
"Tadi kita rerata sudah 4,9 persen dibuletin. Artinya, kita mengasumsikan di kuartal IV. Jadi yang menurun itu di kuartal II. Begitu kuartal III naik, kita harapkan di kuartal empat naik lagi," kata Haris saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (19/12/2018).
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan catatan, industri pengolahan nonmigas menunjukkan kinerja positif. Pada kuartal II 2018 tumbuh hingga 4,41 persen atau lebih tinggi dibandingkan capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar 3,93 persen.
Sementara industri pengolahan nonmigas pada kuartal III 2018 tercatat sebesar 5,01 persen. Meski tumbuh positif dari kuartal sebelumnya, angka tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan periode sama tahun sebelumnya sebesar 5,46 persen.
"Tadi saya berpikir optimistis kalau tahunan bisa mencapai 5 persen. Tapi saya, karena kita berharap kemungkinan masih banyak. Kuartal III 5,01, kuartal II yang rendah, bikin jelek. Tapi kuartal I tinggi, kuartal II rendah, kuartal III naik, semoga kuartal IV naik lagi," tutur dia.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian telah memproyeksikan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada 2019 hanya mencapai 5,4 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan target pertumbuhan pengolahan nonmigas pada 2018 yang dipatok sebesar 5,6 persen.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Â
Industri Manufaktur Topang Kepulauan Riau
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto menilai, Kepulauan Riau (Kepri) memiliki potensi besar dalam pengembangan sektor industri manufaktur.
Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong wilayah tersebut menjadi tujuan investasi dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif.
"Industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar hingga 36 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepri pada triwulan III tahun 2018," kata Airlangga dalam sebuah keterangan resmi, Minggu 18 November 2018.
Dia juga mencatat, perekonomian Kepri pada kuartal III 2018 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp 65,19 triliun, dan atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp 43,68 triliun. Hal ini tidak terlepas dari peran Batam sebagai salah satu pusat kawasan industri.
"Maka itu, kami mengajak kepada para pelaku industri dan investor di Batam untuk tetap optimistis menjalankan usahanya. Pemerintah telah memiliki solusi dan kebijakan strategis untuk menjadikan kawasan Batam semakin kompetitif," ujar dia.
Apalagi, ia menambahkan, Batam berpeluang menjadi pusat pertumbuhan startup dengan adanya pengembangan Nongsa Digital Park. Upaya ini untuk merealisasikan Batam sebagai innovation hub serta mendukung implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
"Saat leadership retreat di Bali pada Oktober lalu, Pemerintah Indonesia dan Singapura menandatangani Bilateral Investment Treaty. Selain potensi investasi Singapura ke Batam akan semakin besar, juga membidik Batam sebagai digital bridge Singapura ke Indonesia," imbuhnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement