Sukses

Indonesia Papua Metal dan Mineral Jadi Perusahaan Patungan Inalum dan BUMD

Perusahaan patungan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) telah terbentuk yang bertujuan kelola Freeport Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan patungan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) telah terbentuk, dengan nama PT Indonesia Papua Metal dan Mineral (IPMMI). Perusahaan patungan ini terbentuk untuk mengelola PT Freeport Indonesia.

Deputi Bidang Usaha ‎Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Fajar Harry Sampoerno mengatakan, porsi saham IPMM sebesar 25 persen dalam PT Freeport Indonesia. Sedangkan di dalam IPPM terdiri dari 60 persen Inalum dan 40 persen BUMD Papua, sebagai kepanjangan tangan pemerintah daerah mengelola 10 persen saham Freport Indonesia.

"IPMM akan memiliki 25 persen dari PTFI 60 persen IPMM akan dikendalikan oleh Inalum, 40 persen akan dikendalikan oleh BUMD‎," kata Harry, di Jakarta, Kamis (20/12/2018).

Harry melanjutkan, berdasarkan perjanjian sebelumnya yang ditandatangani pada Januari 2018, dalam 40 persen saham di IPPM atau setara 10 persen dalam Freeport Indonesia, 30 persen dari BUMD akan dikendalikan oleh Pemerintah Provinsi Papua, 70 persen akan dikendalikan oleh pemerintah kabupaten Mimika‎.

IPMM merupakan perusahaan yang sebelumnya bernama Indocopper Investasi, kemudian berganti nama sesuai kesepakatan Inalum dan Pemda Papua.

"Indocopper Investama telah berganti nama menjadi Indonesia Papua Metal & Mineral (IPMM)," tutur dia..

Harry menuturkan, saat ini ‎Pemerintah Provinsi Papua tiba-tiba menuntut untuk mengendalikan 51 persen dari BUMD. Penyelesaian tersebut di‎serahkan kepada pemerintah daerah dan Inalum, sebab pemerintah akan fokus pada penyelesaian akuisisi saham Freeport Indonesia.

"Pemerintah telah memutuskan bahwa, alih-alih menunggu diskusi mengenai kepemilikan BUMD dilakukan, kami hanya akan pergi dan menyelesaikan akuisisi terlebih dahulu," ujar dia.

 

2 dari 2 halaman

Inalum Garap Proyek Hilirisasi Tambang Senilai Rp 150 Triliun

Sebelumnya, Holding Industri Pertambangan (HIP) PT Inalum (Persero) terus mendorong terwujudnya hilirisasi produk sektor pertambangan dalam negeri. Hal itu sebagai salah satu upaya mengurangi ketergantungan dengan pihak asing.

Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, perseroan akan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk merealisasikan proyek-proyek besar bernilai lebih dari USD 10 miliar atau Rp 150 triliun (kurs 1 USD=Rp 15.000).

“Beberapa proyek besar ini langkah nyata kami mendukung terjadinya nilai tambah produk di sektor tambang dan upaya mendukung penghematan devisa negara,” tutur dia di Bontang, Minggu 28 Oktober 2018.

Kata Budi, beberapa kerjasama dengan BUMN dan pihak swasta pun telah ditandatangani dan siap berjalan. Adapun sejumlah proyek hilirisasi yang sudah bergulir antara lain di segmen aluminium, bauksit dan batubara.

Budi melanjutkan, proses hilirisasi di sektor tambang membawa dampak besar bagi Indonesia, terutama dalam mengurangi defisit transaksi berjalan (CAD) yang menimpa Indonesia.

"Jadi hilirisasi bakal bisa berperan meningkatkan balance payment kita dan memperkuat rupiah," jelasnya.

Selain itu, Inalum saat ini tengah dalam proses mengembangkan sayap ke Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, untuk mendirikan pabrik alumunium primer dengan kapasitas 500 kilo ton pertahun, beserta pembangkit listrik tenaga air dengan memanfaatkan sungai Kayan.

"Dengan nilai proyek sebesar USD 6 miliar, ekspansi ke provinsi ini diharapkan dapat dimulai pada tahun depan," ujarnya.

Budi menjelaskan, Inalim bersama anggota HIP PT ANTAM Tbk dan produsen alumina terbesar kedua di dunia Aluminum Corporation of China Ltd (CHALCO) akan bekerja sama membangun pabrik pemurnian untuk memproses bauksit menjadi alumina, yang merupakan bahan baku utama untuk membuat aluminium ingot.

Adapun Inalum merupakan produsen aluminium ingot satu-satunya di Indonesia.

Sebagai informasi, konstruksi proyek yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, ini dilakukan dalam 2 tahap dengan total kapasitas produksi 2 juta metrik ton alumina. Investasi untuk membangun pabrik tahap 1 tersebut diperkirakan sekitar USD 850 juta dan di targetkan mulai produksi pada 2021.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini: