Sukses

Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melambat di 2019

Pertumbuhan ekonomi China terus melambat dipengaruhi melemahnya konsumsi dan ekspor neto.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melihat pertumbuhan ekonomi dunia melandai serta ketidakpastian pasar keuangan tetap tinggi. Kemudian, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kuat pada 2018 diperkirakan mengalami konsolidasi pada 2019.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, prospek konsolidasi pertumbuhan ekonomi AS dan ketidakpastian pasar keuangan diperkirakan menurunkan kecepatan kenaikan suku bunga kebijakan the Fed (FFR) pada 2019.

"Setelah pada 19 Desember 2018, sesuai dengan ekspektasi, dinaikkan 25 basis poin (bps) menjadi 2,25-2,5 persen," kata Perry di kantornya, Kamis (20/12/2018).

Selain itu, Perry menambahkan, pertumbuhan ekonomi di Eropa juga cenderung melambat, meskipun arah normalisasi kebijakan moneter bank sentral Eropa (ECB) pada 2019 tetap menjadi perhatian.

Sementara itu, di negara berkembang, pertumbuhan ekonomi China terus melambat dipengaruhi melemahnya konsumsi dan ekspor neto, antara lain akibat pengaruh ketegangan hubungan dagang dengan AS, serta berlanjutnya proses deleveraging di sistem keuangan.

"Pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai serta risiko hubungan dagang antar negara dan geo-politik yang masih tinggi berdampak pada tetap rendahnya volume perdagangan dunia," ujarnya.

Sejalan dengan itu, Perry mengungkapkan saat ini harga komoditas global menurun, termasuk harga minyak dunia akibat peningkatan pasokan dari AS, OPEC dan Rusia.

"Itulah kenapa kita perlu menerapkan upaya-upaya lebih lanjut untuk mendorong ekspor dengan koordinasi bersama pemerintah termasuk untuk manufaktur maupun yang lain. Itu sebetulnya risiko-risiko urama di global," ucapnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

BI Tahan Suku Bunga Acuan

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Desember 2018 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan pada angka 6,00 persen. Bank Indonesia juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5,25 persen dan Lending Facility 6,75 persen.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 19-20 Desember 2018 memutuskan untuk menahan BI 7-day repo" ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, Kamis (20/12/2018). 

Perry menyebutkan keputusan menahan suku bunga acuan tersebut karena diyakini masih dalam koridor untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) ke dalam batas yang aman.

"BI meyakini bahwa tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan pada batas yang aman," ujarnya.

Selain itu, posisi suku bunga tersebut juga dianggap masih dapat membuat pasar keuangan Indonesia tetap menarik.

"Dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan Indonesia. Termasuk telah mempertimbangkan tren suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan," katanya.