Sukses

Tak Dapat Dana Bangun Tembok, Donald Trump Ancam Tutup Pemerintahan AS

Donald Trump menolak menandatangani RUU untuk mendanai beberapa departemen penting pemerintahan karena tidak mendapat anggaran untuk tembok.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam untuk menutup pemerintahan (government shutdown) akibat tak mendapatkan anggaran untuk membangun tembok di perbatasan selatan negaranya. Jumlah anggaran yang dibutuhkan mencapai USD 5 miliar atau Rp 72,3 triliun (USD 1 = Rp 14.472).

Dilansir dari The Telegraph, Jumat (21/12/2018), Trump menolak menandatangani RUU untuk mendanai beberapa departemen penting pemerintahan karena tidak mendapat anggaran untuk tembok. Anggota Partai Demokrat diketahui menolak meloloskan anggaran tersebut.

"Presiden menginformasikan bahwa ia tidak akan menandatangani RUU itu, karena kekhawatirannya yang legitimate terkait keamanan perbatasan," ujar Paul Ryan, Petinggi Partai Republik di Senat.

RUU itu mengatur anggaran temporer pemerintah hingga 8 Februari 2019. Sementara, anggaran untuk tembok hanya USD 1,3 miliar (Rp 18,8 triliun).

Efek jika RUU itu tak lolos adalah lebih dari 800 ribu pegawai federal terpaksa diliburkan, atau bekerja tanpa upah, sehingga mengganggu kinerja pemerintah menjelang hari raya Natal.

Ancaman Donald Trump untuk menutup pemerintahan, ditambah naiknya suku bunga AS telah menggoyang pasar saham. Bagi Trump, perkara anggaran ini terkait dengan permainan politik semata yang dilakukan partai oposisi.

"Saya berjuang keras untuk keamanan perbatasan. Sangat penting. Saya sudah mulai membangun tembok, kami membangun bagian besar dan membetulkan banyak bagian lainnya yang berantakan. Tapi faktanya kita butuh sang tembok. Anggota Demokrat tahu itu, semua orang tahu itu," ujar Trump dalam sebuah video di Twitter resminya.

 

Trump pada pekan lalu memang sempat mengatakan, akan dengan "bangga" untuk menutup pemerintahan karena kurangnya dana pembangunan dinding di perbatasan.

Namun dia kemudian sempat melunak dengan ancamannya seraya mengatakan akan mempertimbangkan apa pun yang dikirim Kongres kepadanya untuk ditandatangani.

Tak lama, pada kamis kemarin, pemikiran Trump berubah lagi, setelah dia mendapatkan kritikan keras dari beberapa pendukung, yang menuduhnya telah "mengalah".

Pendukungnya bahkan memprediksi jika Trump tidak akan menyelesaikan masa jabatan dan terpilih kembali untuk masa jabatan kedua kalinya.