Sukses

Jumlah Korban Jiwa Peserta Gathering PLN Akibat Tsunami Anyer Jadi 23 Orang

Saat ini seluruh korban jiwa yang merupakan pekerja dan keluarga PLN, akibat tsunami Anyer sudah dievakuasi ke Kantor TJBB di daerah Gandul, Cinera Depok

Liputan6.com, Jakarta PT Perusahan Listrik Negara (PLN) menyebutkan 23 orang peserta family gathering Transmisi Jawa Bagian Barat (TJBB) meninggal akibat terjadinya tsunami di Banten. Angka tersebut diterima dari hasil yang dihimpun PLN hingga pukul 14.00 WIB siang ini.

Kepala Satuan Komunikasi Corporate PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), I Made Suprateka mengatakan, dari 225 peserta gathering terdiri dari karyawan PLN beserta istri tersebut, tercatat 23 orang meninggal dunia. Sementara 137 orang dilaporkan selamat, sedangkan 65 sisanya masih belum ditemukan.

"Saya laporkan pada hari ini data per jam 14.00 WIB ini jumlah korban yang ada di sana meningkat menjadi 23 orang yang meninggal dunia," kata I Made saat jumpa pers di Jakarta, Minggu (23/12/2018).

I Made mengatakan, saat ini seluruh korban jiwa tersebut sudah dievakuasi ke Kantor TJBB di daerah Gandul, Cinera Depok dari yang sebelumnya berada di Rumah Sakit Umum Daerah Pandeglang.

"Kami dari PLN sudah melakukan upaya evakuasi terhadap korban yang berasal dari PLN khsusunya," imbuh dia.

Dia juga menginformasikan jika masih ada korban yang keberadaannya belum ditemukan, dapat segera melapor ke posko PLN yang berada di sekitar kawasan terdampak bencana tsumani.

Hal ini agar mempermudah PLN melakukan penyisiran kembali. "Jika ada masyarakat atau korban menyaksikan ini agar segera melapor ke posko supaya kita bisa mendata lebih rinci peserta employee gathering dapat terlacak dengan baik," pungkasnya.

2 dari 2 halaman

Tsunami di Pesisir Banten Bukan yang Pertama Kali Terjadi?

Tsunami yang mengakibatkan naiknya air laut hingga ke wilayah pesisir barat Banten disebut bukan yang pertama kali terjadi. Kejadian seperti ini juga pernah terjadi di wilayah tersebut sebelumnya.

Ketua Harian PHRI Banten, Ashok Kumar mengatakan, 10 tahun lalu, kejadian serupa juga pernah terjadi. Namun skalanya lebih kecil yaitu di wilayah Pasauran, sekitar Cinangka dan Panimbang.

"10 tahun lalu pernah terjadi, air sampai naik. Tapi hanya di daerah Pasauran, Cinangka, Panimbang," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (23/12/2018).

Namun Ashok enggan menyebut kejadian ini sebagai tsunami. Lantaran masuknya air laut tidak merata di seluruh pesisir barat Banten.

"Itu bukan tsunami. Itu air pasang yang tinggi karena dampaknya tidak merata. Ada yang kena, ada yang tidak," tandas dia.

Sebanyak tujuh hotel di wilayah pesisir barat Banten mengalami kerusakan akibat terjangan tsunami Anyer . Namun, belum diketahui berapa kerugian akibat kerusakan tersebut.

Dari data yang dihimpun PHRI sejauh ini, kerusakan yang terjadi masih sebatas kerusakan ringan. Belum ada hotel yang dilaporkan ambruk akibat kejadian tersebut.