Sukses

Rupiah Tertekan Usai Libur Natal

Sepanjang Rabu pekan ini, rupiah bergerak di posisi 14.569-14.609 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertekan usai libur Natal 2018.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) atau kurs tengah Bank Indonesia (BI), Rabu (26/12/2018), rupiah melemah 122 poin atau 0,83 persen dari 14.480 per dolar AS pada Jumat 21 Desember 2018 menjadi 14.602 pada Rabu 26 Desember 2018.

Data Bloomberg menunjukkan, rupiah dibuka melemah 47 poin atau 0,32 persen ke posisi 14.599 per dolar AS dari penutupan 14.552 per dolar AS.

Hingga Rabu siang, rupiah masih berada di kisaran 14.599 per dolar AS. Sepanjang Rabu pekan ini, rupiah bergerak di posisi 14.569-14.609 per dolar AS. Dengan rupiah alami koreksi terhadap dolar AS, rupiah melemah 7,71 persen terhadap dolar AS.

Analis CSA Research, Reza Priyambada menuturkan, rupiah akan bergerak di kisaran 14.556-14.540 pada Rabu pekan ini.

"Laju rupiah secara tren masih berada di sekitar area middle Bollinger band tapi terlihat mulai menjauhi ke atas atau melemah," ujar Reza dalam ulasannya.

Ia menuturkan, penurunan ini dapat membuka peluang pelemahan kembali jika tidak ada sejumlah sentimen yang dapat direspons positif. Pergerakan dolar AS masih melemah dalam merespons sentimen internalnya diharapkan dapat menjadi pendorong rupiah terhadap dolar AS untuk tidak melemah lebih dalam.

 

2 dari 2 halaman

BI: Rupiah Bergerak Stabil

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menilai pergerakan nilai tukar rupiah bergerak stabil dalam beberapa hari terakhir ini. Dia mengungkapkan rupiah bahkan cenderung menguat meski kondisi ekonomi global masih penuh ketidakpastian.

"Alhamdulillah nilai tukar dari kemarin bergerak stabil, bahkan ada kecenderungan menguat. Meskipun dari sisi globalnya terjadi ketidakpastian karena adanya pengumuman FFR," kata Perry di Kompleks Gedung BI, Jumat 21 Desember 2018.

Dia mengungkapkan beberapa faktor pendorong rupiah tetap stabil dan menguat diantaranya adalah bekerjanya mekanisme pasar.

"Itu karena semakin bekerjanya mekanisme pasar, supply demand di pasar berkembang sangat baik, tidak hanya di spot, swap, tapi juga di domestik, NDF yang semakin berkembang," ujarnya.

Dia menjelaskan, kondisi tersebut memberikan alternatif bagi korporasi maupun investor dalam memenuhi valuta asing.

"Sehingga memperkuat mekanisme pasar dan juga memberikan confident kepada pasar," dia menambahkan.

Selain itu, dia mengungkapkan keyakinan pasar termasuk investor luar negeri terhadap kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh BI, pemerintah, maupun otoritas terkait dan prospek ekonomi Indonesia dinilai cukup baik.

"Oleh karena itu di pagi pasca pengumuman memang sempat ada tekanan, tapi hanya bergerak sebentar, tapi siang mulai stabil dan bahkan cenderung menguat dan hari ini jg kecenderungannya menguat," ujarnya.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â