Liputan6.com, Jakarta Tahun depan dinilai masih menjadi tahun yang menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya untuk reksadana saham. Meski 2019 merupakan tahun politik dengan dilaksanakannya pemilihan umum (pemilu).
Chief Investment Officer PT Danareksa Investment Management (DIM), Edwin Ridwan, mengatakan di periode akhir 2018, terdapat sentimen positif untuk pasar di negara berkembang (emerging market).
Advertisement
Baca Juga
Hal ini dikarenakan perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China mulai mereda dan Bank Sentral AS (The Fed) yang cenderung lebih tidak agresif untuk menaikkan suku bunga.
Selain itu, beberapa investment banking global seperti Morgan Stanley (MS) dan Goldman Sachs juga sudah menyampaikan pandangan bahwa saat ini merupakan momen yang tepat untuk berinvestasi di emerging market.
"MS juga menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki valuasi menarik, sehingga MS merekomendasikan untuk memperbesar bobot investasi di pasar saham Indonesia (Overweight)," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (26/12/2018).
Menurut Edwin, kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh investor yang ingin mulai langsung tancap gas di awal 2019. "Selain itu, dari perekonomian dalam negeri, pertumbuhan ekonomi yang masih di atas 5 persen dan inflasi yang terjaga pada level 3 persen membuat 2019 menarik untuk para investor berinvestasi," lanjut dia.
Edwin menyatakan, salah satu instrumen investasi yang menjanjikan di 2019 yaitu reksa dana saham. Sepanjang 2018, produk investasi ini telah mencatatkan kinerja yang positif.
Sebagai contoh, Danareksa Mawar Fokus 10, yang merupakan produk reksa dana milik DIM ini mampu mencetak imbal hasil 5,1 persen. Angka tersebut mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang -2.8 persen
"Danareksa Mawar Fokus 10 berfokus pada saham-saham dengan kapitalisasi menengah-kecil. Tujuan dari pemilihan saham-saham ini diharapkan bisa mendapatkan momentum pertumbuhan dari perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh," tandas dia.
Generasi Milenial Kuasai Investasi di Pasar Modal
Jumlah investor perorangan atau Single Investor Identification (SID) di pasar modal yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencapai 1,5 juta orang.
Direktur KSEI, Syafruddin mengatakan, dari jumlah tersebut didominasi oleh investor anak muda atau kaum milenial. KSEI mencatat dunia investasi tidak lagi identik dengan usia tua.
Data menunjukkan untuk investor rentang usia 21-30 tahun sebanyak 34,08 persen, kedua usia 31-40 tahun sebanyak 25,64 persen, ketiga 41-50 tahun sebanyak 19,16 persen, usia 51-60 sebanyak 10,98 persen, usia 61-70 tahun sebanyak 4,23 persen dan usia di atas 70 tahun sebanyak 1,52 persen.
"Usia masih muda-muda. Kalau dari jenis kelamin juga terlihat pria masih lebih banyak mencapai 59,4 persen. Sisanya perempuan. Dari pendidikan juga terlihat lulusan S1 51 persen, minimal pendidikan SMA banyak juga sekitar 31 persen,” kata Syafruddin di Solo, Jawa Tengah, ditulis Minggu (18/11/2018).
Baca Juga
Dalam kesempatan serupa, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fawzi jumlah investor saham kalangan milenial mengalami pertumbuhan paling cepat.
"Investor saham per hari ini tumbuh 200 ribu. Usia di bawah 35 tahun itu pertumbuhannya paling cepat. Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar dia.
Meskipun pada awal tahun, Hasan mengatakan, pihaknya hanya menargetkan 130 ribu investor tambahan. Untuk alasan ini, ia menyadari strategi khusus diperlukan untuk mempertahankan tren pertumbuhan investor milenium.
"Kami sadari hal ini bersama dengan OJK dan mitra sepakat untuk mengemas produk yang pada prinsipnya mempermudah akses investor muda. Misalnya dengan menerbitkan produk terjangkau, dengan dana awal Rp 100 ribu mahasiswa sudah bisa transaksi saham dan reksa dana,” ujar dia.
Dia mengungkapkan, dalam waktu dekat, pihaknya akan membuat relaksasi yaitu menjadi mudah dalam membuka rekening saham. Tujuannya adalah untuk menarik calon investor milenial lainnya.
Selain itu, Hasan juga mengapresiasi munculnya komunitas investor pemula. Dia menuturkan, komunitas tersebut adalah tempat bagi para investor milenial untuk saling belajar dan memahami metode investasi dengan baik. Hasan berkomitmen, dia akan merespon dengan baik dengan munculnya komunitas.
"Bursa dan pelaku lainnya akan memberikan ruang bagi komunitas investor saham pemula untuk menularkan semangat dan budaya investasi,” ujar dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement