Sukses

Pegawai Tua Ingin Gaji, Milenial Cari Nilai

Perbedaan fokus antara pegawai milenial dan mereka yang lebih tua.

Liputan6.com, Jakarta - Anak muda sering disebut masih idealis, dan zaman sekarang ungkapan itu tercerming di tempat kerja juga. Menurut sebuah survei yang muncul di Harvard Business Review.

Dilansir The Ladders, ada perbedaan antara pegawai muda dan tua. Mereka yang lebih tua lebih fokus pada mendapat gaji yang adil dan para pegawai muda, atau milenial, lebih fokus mendapatkan nilai (value).

Para Baby Boomers (generasi kelahiran setelah Perang Dunia II) paling menghargai kompensasi, yakni sampai 42 persen. Sebanyak 32 persen Generasi X (1965-1980) lebih menyukai kompensasi, dan milenial hanya 29 persen.

Sebaliknya, milenial justru peduli bagaimana tempat kerja mereka menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik. Sementara,  hanya 4 persen baby boomers yang memerdulikan itu.

Secara keseluruhan, lebih baik pegawai yang disurvei bukan mengejar perusahaan yang untung, tetapi mengingikan perusahaan yang bisa menjaga standar etika.

1. 38 persen ingin perusahaan menjaga standar etika.

2. 29 persen ingin perusahaan yang menguntungkan dan tumbuh.

3. 24 persen ingin perusahaan yang membuat dunia lebih baik.

Hasil survei pegawai itu serupa dengan survei yang dilakukan Deloitte pada 2016 lalu yang menyebut milenial menyukai perusahaan yang memberi dampak sosial.

Para generasi Z pun menyukai hal yang sama berdasarkan survei Fuse yang menemukan bahwa para remaja lebih menyukai perusahaan yang mendukung isu sosial. Tak heran bila makin banyak perusahaan di AS yang makin sering angkat bicara soal isu-isu sosial, yang mana hal itu masih terkait dengan brand mereka. 

2 dari 2 halaman

Generasi Z Lebih Suka Perusahaan yang Aktif di Bidang Sosial

Anak-anak remaja (Generasi Z) ternyata lebih condong mempercayai dan tertarik pada perusahaan yang peduli pada isu sosial.

Dilansir dari MediaPost, sebuah survei di Vermon, Amerika Serikat (AS) dan dilaksanakan Fuse, menemukan bahwa 69 persen remaja menyebut percaya pada perusahaan setelah mengetahui perusahaan tersebut mendukung sebuah isu sosial.

Sementara itu, 62 persen menyatakan mereka akan lebih mungkin membeli produk dari perusahaan yang mendukung isu sosial.

Studi tersebut diikuti oleh 2.000 orang generasi Z berumur 14 sampai 17 tahun. Tujuannya adalah memberikan wawasan tambahan untuk para brand dalam mempertimbangkan program pemasaran mereka.

Ada lima isu yang diperhatikan oleh para remaja, yakni pendidikan, pekerjaan dan pengangguran, prasangka dan rasisme, lingkungan, dan terorisme.

Sebelumnya, pada 2016, Fuse pernah mengadakan survei serupa. Bedanya, kali ini remaja mulai menyorot perusahaan seperti Walmart, McDonald's, Microsoft.

Dalam survei terkini, para remaja juga makin peduli pada isu lingkungan. Lebih lanjut, para generasi Z juga lebih asertif.

Lebih dari seperempat responden menyebut pernah menghadiri unjuk rasa dan memboikot perusahaan. Para remaja juga lebih aktif mendaur ulang (60 persen), mengedukasi keluarga dan sahabat mengenai sebuah isu sosial (42 persen), memberikan waktu untuk menjadi sukarelawan untuk sebuah isu (33 persen), dan mendonasikan uang mereka (22 persen).

Â