Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) prediksi neraca pembayaran mampu mencatatkan surplus pada kuartal IV 2018. Neraca pembayaran bisa surplus hingga USD 4 miliar.
"Neraca pembayaran kuartal empat tahun ini akan mengalami surplus kurang lebih sekitar USD 4 miliar," Gubernur BI, Perry Warjiyo di Gedung BI, Jakarta, Jumat (28/12/2018).
Dia menjelaskan, meskipun defisit transaksi berjalan masih lebih tinggi dari 3 persen terhadap PDB pada kuartal IV 2018, tapi arus modal asing dari bentuk PMA, investasi portofilio maupun lainnya itu jauh lebih besar.
Advertisement
Baca Juga
Itulah yang mengerek kinerja neraca pembayaran Indonesia sehingga keseluruhan neraca pembayaran di kuartal IVÂ 2018Â yang diperkirakan mengalami surplus sekitar USD 4 miliar.
Surplus neraca pembayaran ini, kata Perry akan berimbas pada nilai tukar rupiah yang lebih stabil dan menguat.
"Dan itu akan membawa rupiah yang stabil dan menguat," ujar dia.
Â
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
BI: Defisit Neraca Transaksi Berjalan 2018 Masih Aman
Sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia pada November 2018 mengalami defisit USD 2,05 miliar. Defisit tersebut bersumber dari defisit pada neraca perdagangan nonmigas dan neraca perdagangan migas. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif Januari-November 2018 mengalami defisit sebesar USD 7,52 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman menjelaskan, menjelaskan, defisit neraca perdagangan nonmigas pada November 2018 sebesar USD 0,58 miliar, meningkat dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya yang sebesar USD 0,39 miliar.
"Defisit ini dipengaruhi penurunan ekspor nonmigas yang lebih besar dari penurunan impor nonmigas," jelas dia dikutip dari keterangan tertulis, Senin 17 Desember 2018.
Penurunan ekspor nonmigas sebesar USD 0,90 miliar (mtm) bersumber dari penurunan ekspor beberapa komoditas antara lain perhiasan, minyak kelapa sawit, batu bara, bubur kayu, dan peralatan listrik.
Sementara itu, penurunan impor nonmigas sebesar USD 0,71 miliar (mtm) terutama berupa barang modal dan bahan baku, antara lain mesin, bahan bakar mineral, sisa industri makanan, serealia, serta mesin dan pesawat mekanik.
Bank Indonesia memandang defisit neraca perdagangan November 2018 tidak terlepas dari pengaruh dinamika permintaan global yang melandai dan harga komoditas yang menurun sehingga memengaruhi kinerja ekspor. Sementara itu, permintaan domestik yang masih kuat memengaruhi kinerja impor.
Ke depan, BI terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, serta pengaruhnya terhadap neraca perdagangan.
"Dengan perkembangan neraca perdagangan hingga November 2018 tersebut, Bank Indonesia memprakirakan defisit neraca transaksi berjalan pada 2018 tetap berada dalam level yang aman, yakni di bawah 3 persen dari PDB," tutup dia.Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement