Liputan6.com, Jakarta Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) melaporkan, pemerintah berhasil mengurangi laju inflasi pada 2018 hingga di kisaran 3,13 persen. Keberhasilan itu diklaim turut berimbas pada pengurangan angka kemiskinan Indonesia, yang pada Maret tahun lalu tercatat menjadi yang terendah sepanjang sejarah, yakni sebesar 9,82 persen.
Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta menyampaikan, sukses itu terjadi berkat menipisnya selisih antara laju inflasi umum dan inflasi bahan makanan per 2018, yakni 3,13 persen berbanding 3,41 persen. Itu merupakan indikator bahwa pemerintah dapat menjaga harga bahan makanan di masyarakat.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau bahan makanan bisa dikendalikan dengan baik, maka jumlah orang miskin akan lebih cepat keluar dari garis kemiskinan yang ada," ungkap dia di Jakarta, Rabu (2/1/2019).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2018, dia menyebutkan, bahan makanan berkontribusi 71,04 persen terhadap garis kemiskinan. "Artinya, ada hubungan yang kuat antara penurunan kemiskinan dengan stabilnya inflasi," sambungnya.
Selain itu, ia melanjutkan, pemerintah selama periode 2014-2018 juga berhasil menurunkan inflasi bahan makanan hingga lebih dari sepertiga dibanding 5 tahun sebelumnya.
"Capaian pengendalian harga ini sangat penting, karena harga pangan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemiskinan," tegas dia.
Adapun angka inflasi yang paling banyak mempengaruhi kemiskinan, yakni harga komoditas pokok seperti beras. Jika harga beras bisa ditekan, maka daya beli masyarakat dapat terjaga.
Arif menyatakan, laju kenaikan harga beras pada 2014 hingga 2018 lebih terkendali dengan rata-rata sebesar 5,2 persen per tahun. Angka tersebut disebutnya lebih rendah dibanding rata-rata laju kenaikan pada periode 2009-2013 yang sebesar 8,5 persen per tahun.
"Bahan makanan memberikan kontribusi besar terhadap pengeluaran rumah tangga secara umum. Yang paling utama adalah ongkos beli beras. Kalau kita lihat pergerakan inflasi kita, itu sudah bisa kita jaga," tandas dia.
KEIN: Pemerintah Mampu Kendalikan Laju Harga Pangan
Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengklaim Pemerintah di era Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) telah berhasil menurunkan inflasi bahan makanan hingga lebih dari satu pertiga. Perhitungan ini dibuat dengan membandingkan laju inflasi periode 2009-2013 dengan 2014-2018.
Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta mengatakan, capaian pengendalian harga ini penting lantaran harga pangan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemiskinan.
"Data ini menunjukan bahwa pemerintah mampu menekan laju kenaikan harga, terutama sektor pangan. Ini tentunya menjadi cerminan dari komitmen yang kuat oleh pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat,"Â jelas dia saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (2/1/2019).
Baca Juga
Merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata inflasi bahan makanan dari 2009 hingga 2013 yakni mencapai 8,04 persen. Sementara pada periode 2014-2018, rata-rata inflasi bahan makanan sebesar 5,17 persen.
"Dari dua periode tersebut, rata-rata inflasi bahan makanan lebih dapat dikendalikan menurun hingga 36 persen," sebut Arif.
Dia pun menjelaskan, sejak 2009 hingga 2018, laju inflasi bahan makanan selalu berada di atas inflasi umum. Adapun ketimpangan tertinggi terjadi pada 2010, di mana perbedaan inflasi umum dengan inflasi bahan makanan mencapai 6,96 persen berbanding 15,64 persen.
Namun, berdasarkan data, laju inflasi bahan makanan pada 2011 justru lebih rendah dibanding inflasi umum, yakni 3,64 persen berbanding 3,79 persen. Adapun penurunan hanya terjadi pada tahun tersebut, dimana setelahnya laju inflasi sampai 2013 kembali meningkat.
Sejak 2014, Arif menuturkan, laju inflasi bahan pangan dan umum cenderung lebih dapat dikendalikan sehingga terjadi penurunan. "Kenaikan harga memang terjadi, tapi tidak lebih besar dari sebelumnya dan relatif lebih stabil," sambungnya.
Hingga pada 2018, ia menambahkan, tentang angka antara inflasi umum dan inflasi bahan makanan semakin umum semakin menipis.
"Inflasi bahan makanan per 2018 adalah 3,41 persen. Secara dekat lebih sempit dan dekat dengan inflasi umum yang 3,13 persen," ujar dia.
Advertisement