Liputan6.com, Shanghai - Saham Apple merosot akibat forecast penjualan iPhone yang turun. Akibatnya, investor Warren Buffett ikut kehilangan uang hingga Rp 40 triliun, dan perusahaan penyedia komponen iPhone, seperti Skyworks, juga kena sentimen negatif.
CEO Apple, Tim Cook, segera menyalahkan perang dagang atas terjadinya situasi ini. Dalam surat kepada investor, ia menulis penjualan menurun akibat situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian.
Advertisement
Baca Juga
"Kami percaya lingkungan ekonomi di China telah terdampak naiknya tensi dagang dengan Amerika Serikat," tulis Tim Cook seperti dikutip 9to5mac.
Menurut dia, itu akhirnya memberi efek ke pelanggan, toko ritel, dan mitra Apple di China.
Akan tetapi, analis dan masyarakat China tidak beranggapan sama. Menurut South China Morning Post, harga mahal iPhone disebut menjadi biang keladi menurunnya penjualan ketimbang isu ekonomi. Ini ditambah karena muncul pesaing lokal yang tidak kalah inovatif.
"Brand-brand domestik seperti Huawei, Xiaomi, Oppo, dan Vivo terus menerus memperbarui fungsi dan inovasi mereka," ujar analis Jin Yuhao.
China adalah sumber pendapatan terbesar ketiga di dunia bagi Apple. Meski demikian, iPhone masih dipandang sebagai produk mewah bagi kelas menengah China. Brand lokal yang harganya lebih murah pun menjadi primadona.
Pada penutupan saham Kamis, 3 Januari 2019, waktu New York, saham Apple tercatat turun 15,73 poin atau 9,96 persen. Ini membuat harga saham Apple lebih rendah dari harganya di awal Januari tahun lalu.
Walau penjualan iPhone menurun, Tim Cook menyebut produk Apple seperti pelayanan, Mac, iPad, wearable, dan aksesori lain mengalami peningkatan sebesar 19 persen year-over-year (yoy). Bahkan, Apple Watch dan Airpods naik 50 persen yoy, dan pendapatan di negara berkembang seperti Polandia, Meksiko, Malaysia, dan Vietnam juga tercatat tumbuh.
Wall Street Jatuh Dibayangi Data Pabrik dan Saham Apple
Wall Street anjlok seiring melambatnya aktivitas pabrik AS di tengah peringatan turunnya pendapatan Apple Inc (AAPL.O) yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Besarnya penurunan pendapatan Apple secara kuartalan menjadi kejutan di sektor teknologi. Tercatat ketiga indeks saham utama AS turun lebih dari 2 persen, dengan Nasdaq mencatat kerugian 3 persen.
Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average .JJI turun 660,02 poin, atau 2,83 persen, menjadi 22.686,22. Sementara indeks S&P 500 .SPX kehilangan 62,14 poin, atau 2,48 persen, menjadi 2,447.89 dan Nasdaq Composite .IXIC turun 202,43 poin, atau 3,04 persen menjadi 6.463,50.
Adapun perusahaan teknologi S&P .SPLRCT turun 5,1 persen, mencatat persentase penurunan satu hari terbesar sejak Agustus 2011. Demikian pula indeks Semiconductor Philadelphia SE .SOX mengakhiri sesi 5,9 persen lebih rendah.
Pasar kali ini antara lain dipengaruhi saham Apple. Pada Rabu malam, Tim Cook menulis surat kepada para investor yang menyatakan jika perusahaan belum meramalkan tentang sejauh mana kondisi perlambatan ekonomi China, yang diperburuk oleh ketegangan perdagangan AS-China.
Selain itu, sebuah laporan dari Institute for Supply Management menunjukkan aktivitas pabrik di AS pada bulan Desember mengalami penurunan terbesar sejak Oktober 2008, serta tingginya krisis keuangan. Angka PM, saat ini masih di wilayah ekspansi, mencapai level terendah dalam lebih dari dua tahun.
"Perlambatan Tiongkok diperkirakan terjadi tetapi jumlah ISM hari ini lebih rendah dari perkiraan yang membuat investor terkejut karena AS tampaknya menjadi satu-satunya pelabuhan saat badai. Tapi sekarang tampaknya pertumbuhan ekonomi kita menghadapi hambatan terkait perdagangan," kata Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi CFRA Research di New York.
Dia mengatakan jika investor khawatir bahwa ini merupakan indikasi bahwa keadaan bisa semakin memburuk dan Apple hanyalah puncak gunung es.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement