Sukses

2 Tahun Jadi Presiden AS, Kekayaan Donald Trump Bertambah?

Sebagai presiden, kekayaan miliarder Donald Trump ternyata tidak meroket.

Liputan6.com, Washington D.C. - Tak terasa, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah menjalani setengah masa pemerintahannya. Miliarder yang jadi presiden itu sempat disindir memakai jabatan presiden untuk kepentingan pribadi.

Nyatanya, kekayaan Donald Trump tak bertambah selama menjabat sebagai presiden. Malah, kekayaan kakek dengan sembilan cucu ini tercatat turun setelah menjadi orang nomor satu di AS.

Menurut data Forbes, kekayaan Donald Trump pada Oktober 2016, atau sebulan sebelum terpilih sebagai presiden, adalah sebesar USD 3,7 miliar atau saat ini setara Rp 52,8 triliun (USD 1 = Rp 14.283).

Pada 2018, kekayaan Donald Trump turun menjadi USD 3,1 miliar (Rp 44,2 triliun). Dengan kata lain, ia kehilangan harta USD 600 juta  atau Rp 8,5 triliun.

Salah satu sumber kekayaan Trump bermula dari pinjaman yang ia dapat dari sang ayah. Berangkat dari pinjaman itu, Trump berhasil mendirikan dinasti konglomerasi The Trump Organization yang berpusat di Trump Tower, New York.

Bisnis Trump berada di sektor real-estate, perhotelan, kasino, golf, jet, dan beragam sektor lain. Perjalanan bisnisnya juga tidak selalu mulus, dia pernah terancam kebangkrutan di awal 1990.

Semenjak menjadi presiden AS, Donald Trump menyerahkan kepemimpinan Trump Organization ke dua putranya: Fred dan Donald. Sementara putri sulungnya, Ivanka, ikut menjadi penasihat di Gedung Putih bersama sang suami.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Donald Trump dan Kongres Gagal Menyudahi Penutupan Pemerintahan AS

Kembali ke isu terkini, Donald Trump menolak membatalkan permintaan dana miliaran dolar untuk pembangunan tembok di sepanjang perbatasan dengan Meksiko.

Di lain pihak, para pejabat kubu Demokrat di Kongres AS juga bersikukuh menolak mendanai skema yang diminta oleh Trump, menjadikan hasil pembicaraan terakhir itu gagal menyudahi penutupan pemerintah AS, yang telah berjalan selama dua pekan.

Setelah bertemu pada Rabu 2 Januari di Situation Room Gedung Putih, Donald Trump bersama dengan perwakilan Partai Republik dan Demokrat memutuskan akan kembali mengadakan pembicaraan pada Jumat esok, guna menemukan solusi menyudahi kebuntuan terkait.

Dikutip dari Abc.net.au , Trump tetap mendesak pendanaan untuk tembok perbatasan dengan alasan bahwa semakin banyak arus imigran yang berupaya merangsek masuk di perbatasan selatan AS.

Dia mengatakan perluasan tembok perbatasan itu akan berfungsi "seperti saringan", utnuk menindak tegas para imigran yang nekat menyeberang ke wilayah AS secara ilegal.

Dalam kesempatan terkait, Trump juga menggambarkan pejabat perbatasan sebagai kelompok yang "sangat tangguh" dalam mengusir imigran.

"Jika mereka tahu tidak bisa datang (karena tembok perbatasan), mereka bahkan tidak akan memulai," kata Trump pada pertemuan yang diikuti oleh sekretaris kabinet dan jajaran penasehat Gedung Putih.

Pertemuan Kabinet itu adalah penampilan publik pertama Donald Trump pasca-pergantian tahun, ketika penutupan pemerintahan telah memasuki pekan kedua, meninggalkan ratusan ribu karyawan federal tanpa upah.

Sejauh ini, pemerintahan Trump telah menolak proposal dari kubu Demokrat untuk menjalankan kembali kebijakan tanpa dana dalam mengurusi isu tembok pemisah di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.

Trump menanggapi dengan desakan melakukan perjanjian yang dapat membuka kembali pemerintahan dan "menjaga keamanan Amerika", tulisnya via kicauan di Twitter.