Sukses

Anak Muda Menganggur Disebut Sebagai Spesies Paling Berbahaya di Dunia

Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk menyambut bonus demografi pada 2030.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk menyambut bonus demografi pada 2030. Dengan demikian, tingginya populasi produktif tersebut dapat memberikan efek positif terhadap daya saing bangsa.

Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, Kemeterian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Bambang Satrio Lelono, mengatakan bahwa apabila masa keemasan ini tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan menjadi bumerang bagi pemerintah. Sebab, pada masa itu diperkirakan usia produktif Indonesia mencapai sekitar 70 persen.

"Di mana pada saat itu jumlah usia produktif (kita) capai 70 persen. Dan itu menjadi beban kita semua kalau 70 persen ini usia produktif justru tidak produktif ini sangat sangat berbahaya," katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (8/1/2019).

Bambang mengatakan, untuk meningkatkan daya saing SDM di masa mendatang, maka dibutuhkan sinergi antara kementerian lembaga terkait lainnya. Ini dilakukan agar usia produktif dapat memiliki keterampilan dan mampu bekerja menunjukan produktifitasnya.

"Karena bagaimana kita ketahui bahwa ada salah satu majalah di Jerman menyebutkan makhluk atau spesies yang berbahaya di dunia adalah anak muda yang menganggur. Nah oleh karena itu ini menjadi pekerjaan rumah kita semua untuk membekali mereka," ungkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Harus Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, menegaskan pentingnya pemberdayaan kaum muda guna memanfaatkan bonus demografi. Dia menjelaskan, jika belajar dari pengalaman negara tetangga, maka, beberapa negara yang muncul sebagai kekuatan ekonomi dunia, mencapai puncak perkembangan perekonomian dengan memanfaatkan bonus demografi.

"Negara yang kita kenal sebagai negara maju, Jepang, Korea, China mencapai puncak kemajuan, ketika mereka sedang berada di fase bonus demografi. Wajar. Seharusnya kita jadi orang kaya saat kita sedang produktif," kata dia, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Jika bonus demografi tidak dimanfaatkan dengan baik, maka momentum untuk mendorong perekonomian bakal sulit didapatkan lagi. Dia mengambil Jepang sebagai contoh perkembangan ekonomi negara setelah era bonus demografi atau yang sudah berada di aging population.

"Ketika sudah lewat bonus demografi, maka ekonomi mulai stagnan. Pertumbuhan ekonomi Jepang antara 0 dan 1 persen. Gubernur bank sentral Jepang untuk dapat inflasi saja syukur. Karena mereka aging population. Demand jadi tidak sebaik dulu," kata dia.

Oleh karena itu, pemerintah mengapresiasi berbagai program pemberdayaan generasi muda. Sebab, akan mempersiapkan Indonesia untuk menyongsong bonus demografi.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com