Sukses

Menteri PANRB: Keamanan Jadi Kunci Agar Ekonomi Tetap Berjalan

Tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat tersebut akan memunculkan legitimasi yang utuh kepada negara dan pemerintahannya.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin menekankan pentingnya kepercayaan dari masyarakat dalam rangka penegakan hukum dan keamanan. Terlebih faktor keamanan menjadi salah satu kunci agar roda ekonomi dan pembangunan tetap bisa berjalan.‎

Menurut Syafruddin, pemerintahan yang kuat harus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat agar dapat menjalankan program dan melahirkan inovasi pelayanan publik dengan kualitas yang baik dan berkesinambungan.

Tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat tersebut akan memunculkan legitimasi yang utuh kepada negara dan pemerintahannya.

"Landasan keamanan yang mantap akan menjadi landasan yang kuat untuk berjalannya program ekonomi dan pembangunan," ujar dia di Jakarta, Jumat (18/1/2019).‎

Terkait pengembangan sumber daya manusia (SDM) perlu dilakukan akselerasi kinerja atau shifting komposisi pelaksana fungsional untuk menjamin secara teknis pendayagunaan SDM dapat segera memenuhi standar kinerja yang dibutuhkan organisasi.

Mendukung hal tersebut maka peningkatan kinerja harus dibangun melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja pemerintah (SAKIP). "Melalui SAKIP, setiap instansi didorong mempertanggungjawabkan setiap rupiah anggaran yang digunakan," kata dia.

Dengan demikian, ada kejelasan parameter kinerja yang berdampak nyata bagi masyarakat. Selain itu dengan mengimplementasikan SAKIP akan mengurangi pemborosan anggaran.

"Akuntabilitas yang baik akan mendorong tata kelola pemerintahan lebih baik lagi," tandas dia.

2 dari 2 halaman

BI: Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju dan Berkembang Melambat di 2019

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia melandai, baik negara maju maupun berkembang. Namun ketidakpastian pasar keuangan sedikit mereda.
 
"Pertumbuhan ekonomi AS 2019 diprakirakan melambat akibat pasar tenaga kerja yang semakin ketat dan dukungan fiskal yang terbatas," kata Perry di kantornya, Kamis (17/1/2019).
 
Dia menyebutkan, kondisi tersebut juga dipengaruhi kebijakan moneter Bank Sentral (The Fed) Amerika Serikat (AS) lebih dovish dan diperkirakan menurunkan kecepatan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR).
 
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Eropa diprediksi juga melambat pada 2019 sehingga dapat pula memengaruhi kecepatan normalisasi kebijakan moneter bank sentral Eropa (ECB).
 
"Di negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus melambat dipengaruhi oleh melemahnya konsumsi dan ekspor neto antara lain akibat ketegangan hubungan dagang dengan AS dan dampak proses deleveraging yang masih berlanjut," ujarnya.
 
Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia itu, harga komoditas global diperkirakan menurun. Ini termasuk harga minyak dunia akibat peningkatan pasokan dari AS.
 
Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan sedikit mereda dan mendorong aliran modal ke negara berkembang sejalan dengan lebih rendahnya perkiraan kecepatan kenaikan FFR dan berkurangnya eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok.
 
 
 
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com