Liputan6.com, Garut - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan meresmikan penyambungan listrik gratis bagi masyarakat tidak mampu, di Kampung Pasar Kolot, Kecamatan Cibatu, Kabupten Garut. Rencananya J‎okowi akan meresmikan penyambungan listrik gratis, Jumat (18/1/2019) ini.
Dari pantauan Liputan6.com, di lokasi tersebut ada empat rumah yang akan menikmati penyambungan listrik gratis. Lokasi tepatnya di Kampung Pasar Kolot RT 02 RW 01, Kecamatan Cibatu, Kabupten Garut.
Advertisement
Baca Juga
‎Ketua RW 01 Kampung Pasar Kolot, Dadang Rusana‎ mengatakan, dirinyalah yang mendaftarkan warga tersebut sebagai penerima penyambungan listrik gratis ke kelurahan. Ternyata pengajuan tersebut langsung ditindaklanjuti PT PLN (Persero).
"Ada info dari desa melalui RW diajukan. Ada empat rumah tangga. Saya data persyaratannya fotocopy KTP dan KK. Nggak lama di survey, pemasangan instalasi kurang lebih satu bulan sudah menyala," tutur Dadang kepada wartawan.
Program penyambungan listrik gratis merupakan program sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk memberikan rasa keadilan bagi masyarakat tidak mampu.
Selain meresmikan penyambungan listrik gratis, Jokowi dijadwalkan membagikan sertifikat sambungan listrik gratis kepada 30.937 rumah tangga miskin dan rentan miskin di Garut, Jawa Barat.
Konsumsi Listrik RI Masih Tertinggal dari Malaysia dan Singapura
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Andy Noorsaman Sommeng mengakui, konsumsi listrik Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara Asean antara lain Malaysia dan Singapura.
Saat ini rata-rata konsumsi listrik Indonesia baru mencapai 1.064 kWh/kapita. "Bukan paling kecil. Ya tapi kalah dengan Malaysia, kalah dengan Singapura. Malaysia itu sudah 4.000 kWh/kapita. Singapura 8.000 kWh/kapita. Kita baru 1.064 kWh/kapita. Tahun ini diharapkan 1.200 kWh/kapita," kata dia saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Andy mengatakan, konsumsi listrik di daerah DKI Jakarta sudah bisa menyamai dengan kondisi konsumsi listrik yang ada di Malaysia. Rata-rata konsumsi listrik di Jakarta telah mencapai 3.5000 hingga 4.000 kWh/kapita.
Baca Juga
"Jadi kalian kalian ini sudah di negara cukup baik kalau tinggalnya di Jakarta. Tapi kalau saudara saudara kita di NTT tadi itu harus kita kejar supaya jika nantinya kWh/kapitanya tinggi," kata dia.
Andy menambahkan, kondisi saat ini berbeda dengan beberapa waktu lalu. Jumlah konsumsi listrik pada waktu itu masih dibatasi, sedangkan sekarang diperbolehkan untuk menambah peningkatan daya listrik.
"Sekarang mau nambah daya berapapun bisa apalagi kaya di Jakarta. Dengan meminta listrik sambungan premium. Bisa di Jakarta. Contohnya sekarang kenapa kita sudah menjadi indikator listriknya sudah cukup baik di Jakarta? (Bisa dilihat) saat Asian Games bagaimana kembang api, permainan lampunya, sedikitpun tidak menggangu. Cukup berbanggalah dengan kondisi listrik sekarang," ujar dia.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement