Sukses

Kopi Terancam Punah, Negara Ini Perlu Waspada

Perubahan iklim membahayakan komoditas kopi.

Liputan6.com, Jakarta - Para coffeeholic dan industri terkait harus mulai memeratikan keberlangsungan hidup komoditas kopi agar generasi mendatang bisa terus menikmatinya. Penelitian terbaru menunjukkan kepunahan kopi akan terjadi dalam satu abad ke depan.

Tidak tanggung-tanggung, 60 persen spesies kopi liar berada dalam ancaman kepunahan, demikian lansiran Forbes berdasarkan studi Science Advances.

Salah satu yang terancam punah adalah Arabica yang merupakan bagian dari 60 persen produksi global. Negara-negara yang mengandalkan komoditas kopi akan terimbas.

Salah satunya adalah Ethiopia yang 60 pendapatan ekspornya berasal dari kopi. Pendapatan 15 juta orang di negara itu juga bergantung pada kopi. Lebih lanjut, 80 persen penanam kopi berasal dari negara belum berkembang.

Para ahli setuju bahwa kopi terancam oleh perubahan iklim, apalagi kopi Arabica sulit dikultivasi karena butuh temperatur tertentu agar bisa berkembang. Akibat hal ini, hasil bibit akan berkurang atau penggunaan pestisida menambah, sehingga merugikan kualitas dan produksi kopi.

Industri kopi pun akan menghadapi tantangan signifikan di masa depan. Harga kopi yang lebih mahal dan cita rasa berkurang menjadi beberapa dampak yang dapat terjadi.

Menurut Investopedia, Indonesia juga merupakan 1 dari 5 negara penghasil kopi terbesar. Total produksi robusta dan arabika di Indonesia adalah 636 ribu ton metrik pada 2017/2018.

2 dari 2 halaman

Pembabatan Lahan Bikin 6 dari 10 Jenis Kopi Liar di Dunia Terancam Punah

Sebagian besar spesies kopi liar ditemukan di hutan Afrika dan Madagaskar. Mereka terancam oleh perubahan iklim dan hilangnya habitat alami, serta akibat dari penyebaran penyakit dan hama.

Sementara budidaya kopi yang tengah berkembang, dan membentuk bisnis menguntungkan secara global, juga tidak luput dari risiki gangguan kesehatan kesehatan akibat perubahan iklim, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian.

Di Ethiopia, jumlah lokasi tumbuhnya tanaman kopi Arabika dapat berkurang hingga 85 persen pada 2080, dan hingga 60 persen lahan cocok tanamannya menjadi tidak lagi subur pada akhir abad ini, kata para ilmuwan.

Ethiopia adalah eksportir kopi terbesar di Afrika, di mana nilai ekspornya menembus US$ 1 miliar (setara Rp 14,1 triliun) setiap tahunnya.

Sekitar 15 juta orang di negara itu bekerja dalam sektor produksi kopi, di mana Arabika liar --yang merupakan tanaman asli setempat-- merupakan stok benih terpenting untuk industri terkait.

Lebih dari itu, kopi komersial juga akan terpengaruh jika spesies liar mati, karena tanaman-tanaman tersebut dapat menjadi kunci bagi varietas kopi kawin silang yang lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim, dan mungkin juga tahan terhadap hama dan penyakit tertentu.

Para ilmuwan, dari Royal Botanic Gardens, Inggris, merilis penelitian mereka pada hari Rabu di jurnal Science Advance dan Global Change Biology.

Analisis ini didasarkan pada pemeriksaan mereka terhadap 124 spesies kopi yang diketahui, dan penilaian dihasilkan untuk International Union for Conservation of Nature, yang menerbitkan Daftar Merah global spesies terancam.

Penemuan Spesies Terancam Punah

Melalui inisiatif penelitian ini pula, diketahui bahwa beberapa kerabat dari spesies kopi liar arabika resmi diklasifikasikan sebagai terancam punah.

Aaron Davis, kepala penelitian kopi di Taman Nasional Kew, Inggris, dan penulis utama makalah Science Advances, mengatakan: "Penggunaan dan pengembangan sumber daya kopi liar bisa menjadi kunci keberlanjutan jangka panjang pada industri kopi komersial. Tindakan tepat sangat dibutuhkan di negara tropis tertentu, khususnya yang berlokasi di benua Afrika, untuk melindungi masa depan kopi," tambahnya.