Sukses

3,8 Miliar Warga Dunia Makin Miskin di 2018

3,8 miliar warga di dunia kehilangan kekayaannya pada tahun lalu. Apa pemicunya?

Liputan6.com, New York - Badan amal Oxfam merilis laporan yang menyatakan 26 miliarder paling kaya di dunia memiliki aset yang lebih banyak dari 3,8 miliar orang di dunia. Oxfam juga menilai tahun 2018 adalah saat ketika orang kaya makin kaya dan mikin makin miskin.

Dilansir pada laman CBS news, Oxfam Found menyatakan, berkembangnya perekonomian dunia menghasilkan keuntungan luar biasa bagi para miliarder, dan membuat kekayaan mereka naik 12 persen pada tahun lalu. Sementara hal yang berbeda dirasakan kalangan menengah ke bawah, sebanyak 3,8 miliar orang merasakan kekayaan mereka menurun 11 persen.

Miliarder menambah kekayaannya USD 2,5 miliar atau setara Rp 35,5 triliun setiap harinya berkat ekspansi ekonomi. Hal ini membuat seorang jutawan melompat ke jajaran kelas miliarder setiap dua harinya, menurut laporan Oxfam.

Oxfam menambahkan, pendekatan baru pada kebijakan ekonomi diperlukan untuk membantu memperbaiki kesenjangan.

Para pembuat kebijakan konservatif percaya bahwa menurunkan tarif pajak pada orang kaya dan pembisnis akan memacu pertumbuhan perekonomian yang pada akhirnya memberikan lebih banyak pekerjaan dan upah lebih tinggi kepada pekerja berpenghasilan menengah dan rendah. Namun sayangnya, hal ini tidak terbukti, pertumbuhan ekonomi tetaplah lemah.

Alih-alih ingin menekan pertumbuhan perekonomian orang kaya, Oxfam justru menilai kebijakan ini malah menekan pertumbuhan perekonomian kalangan menengah ke bawah.

Untuk itu, menaikkan pajak pada orang-orang terkaya di dunia akan membantu program-program untuk kalangan menengah kebawah. Oxfam telah menghitung bahwa setiap kenaikan 0,5 persen pajak akan mengumpulkan cukup dana untuk mendidik 262 juta anak-anak yang tidak bersekolah dan mendapatkan perawatan kesehatan. Hal ini juga akan menyelamatkan 3,3 juta orang dari kematian yang dapat dicegah.

"Kami pikir pajak yang lebih tinggi bagi mereka yang sangat kaya harus menjadi elemen fundamental dari pertumbuhan ekonomi yang sehat." ujar O'Frien dari Oxfam.

 

 

 

 

Â