Sukses

Soal Mitigasi Bencana, Jonan Sebut Tidak Boleh Ada Ego Institusi

Jonan menegaskan instansi dan pihak yang berwenang dalam kebencanaan harus sinergi, melakukan mitigasi bencana dengan baik.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan, mitigasi bencana geologi harus ditangani serius. Ini karena peristiwa tersebut tidak bisa dicegah.

Mitigasi harus dilakukan sebaik mungkin untuk meminimalisir korban jiwa dan material, sebab belum ada yang bisa mencegah bencana alam terjadi.

"Bencana geologi atau yang mayoritas bencana alam, ini harus ditangani secara sungguh-sungguh. Objektifnya apa? Bukan kita bisa mencegah bencana geologi itu datang. Karena hampir tidak ada bencana kegeologian yang bisa dicegah," kata Jonan, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (20/1/2019).

Jonan melanjutkan, waktu terjadinya bencana geologi juga tidak bisa diprediksi dari jauh hari dan secara akurat. Sebab itu ada penerapan tahapan bahaya khususnya pada wilayah yang berdekatan dengan gunung berapi.

"Ada zona rawan bahaya. Kalau kita sudah tahu persis bencananya akan terjadi besok, tidak perlu ada tahapan siaga dan sebagainya. Tapi ini kan sulit," tutur Jonan.

Menurut dia, instansi dan pihak yang berwenang dalam kebencanaan harus sinergi, melakukan mitigasi bencana dengan baik. Sehingga tidak ada tumpang tindih data dan peran yang dilakukan masing-masing instansi.

"Saya minta, tidak boleh egonya, ego institusi. Pendapatnya secara resmi pemerintah ada sendiri di Badan Geologi, tapi hasilnya apa masukan kepada instansi lain, harus terbuka.‎ Tidak boleh ada ego institusi apalagi ego pribadi," tandasnya.

 

 

2 dari 2 halaman

Pemerintah akan Perkuat Mitigasi Bencana Wilayah KEK

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan pemerintah akan memperkuat mitigasi di beberapa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) rawan bencana. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerugian akibat bencana. 

"Jadi mitigasi kita akan lebih jelas, pertama pada permintaan KEK yang baru. Lalu kepada yang lama kita akan minta supaya direview kembali setelah memasukkan analisa resiko, peta terbaru," ujar Menko Darmin di Kantornya, Jumat (4/1/2019).

Khusus untuk KEK Tanjung Lesung yang baru saja diterjang tsunami, Menurut Menko Darmin, seharusnya dilengkapi dengan pemecah ombak. Sebab, daerah tersebut berhadapan dengan Gunung Krakatau yang sewaktu-waktu dapat longsor.

"Sebenarnya, misalnya di Banten Tanjung Lesung kita tahu bahwa pemecah ombak itu harus ada. Tapi tidak tahu waktu itu kan sudah lama, entah gimana ya akhirnya terlewati. Harus ada itu, tidak bisa tidak ada," jelas dia.

"Kalau itu tidak ada, Lalu ada longsoran, gimana. Tanjung Lesung itu kan berhadapan dengan Krakatau. Memang dia dibuat sengaja memanfaatkan itu, itu loh Krakatau selain bagus kan ya ada resikonya. Ya jadi adalah kita tentu pengalaman," sambungnya.

 

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com