Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik tipis pada hari Senin (Selasa pagi WIB), membalikkan kerugian sebelumnya karena investor mengabaikan data soal perlambatan ekonomi China. Investor masih fokus pada rencana Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk memangkas produksi minyak.
Dilansir dari Reuters, Selasa (22/1/2019), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 12 sen menjadi USD 62,83 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik USD 19 sen menjadi USD 53,99 per barel.
Pasar keuangan Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup pada hari Senin untuk liburan Hari Martin Luther King Jr.
Advertisement
Baca Juga
Bursa saham global turun setelah data menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2018 ke level terendah dalam 28 tahun. Angka-angka itu menimbulkan kekhawatiran bahwa prospek pertumbuhan global mungkin akan semakin gelap, terutama karena ketegangan perdagangan AS-China.
"Tetap sangat mungkin bahwa perang perdagangan antara China dan AS telah mengambil bagian dalam perlambatan ekonomi China ini," kata kepala analis pasar CMC Markets, Michael Hewson. "Tetapi investor juga harus mempertimbangkan bahwa dalam 10 tahun ke depan, ekonomi China tidak mungkin tumbuh pesat seperti yang telah terjadi selama 10 tahun terakhir."
Pasar saham masih menguat sepanjang bulan ini, yang telah memberikan investor minyak kepercayaan lebih untuk bertaruh secara agresif pada kenaikan harga minyak mentah.
Analis mengatakan latar belakang yang lebih kuat untuk pasar keuangan dan prospek pertumbuhan produksi minyak mentah yang lebih lambat adalah pendorong utama di balik reli minyak.
“Kinerja pasar saham adalah salah satu alasan mengapa minyak terus bergerak lebih tinggi. Tampaknya juga ada kepercayaan umum bahwa pemotongan produksi yang disepakati OPEC dan Rusia akan cukup untuk menyeimbangkan pasar,” PVM Oil Associates mengatakan dalam sebuah catatan.
Sementara ada kekhawatiran bahwa ekonomi global yang melambat dapat berdampak pada permintaan minyak, pengurangan produksi yang dilaksanakan oleh OPEC kemungkinan akan mendukung harga minyak mentah, kata para analis.
"Anda tidak bisa membenarkan harga minyak di level ini. Kami pada dasarnya memprediksi rata-rata harga minyak hampir USD 70 per barel untuk Brent pada 2019, "kata ahli strategi komoditas ING Warren Patterson. "Saya semakin khawatir tentang seberapa ketat pasar akan memasuki tahun 2020."
Pertumbuhan ekonomi China menyentuh level terendah 28 tahun. Sebuah laporan terpisah dari Biro Statistik Nasional China menunjukkan produksi kilang minyak mentah pada tahun 2018 naik ke rekor 12,1 juta barel per hari, naik 6,8 persen dari tahun sebelumnya.
Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan energi memotong jumlah rig pengeboran minyak hingga 21 rig pada pekan lalu, penurunan terbesar dalam tiga tahun, mengambil hitungan turun ke 852, terendah sejak Mei 2018, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan pada hari Jumat.