Kim Jong-un hingga Putra Mahkota Arab Masuk Jajaran Pemikir Muda Terbaik di Dunia

Liputan6.com, Jakarta - Majalah Global Thinkers merilis daftar 100 orang berpengaruh di dunia pada edisi ke-10. Pada peringatan 10 tahun, Global Thinkers membagi daftar 100 tokoh pemikir yang berpengaruh tersebut dalam 10 kategori.

Dari 10 kategori itu, antara lain para orang yang paling berpengaruh di bawah usia 40 tahun, ada 10 sosok yang paling berpengaruh dalam 10 tahun ini.

Tak hanya itu, ada juga tokoh pemikir yang berpengaruh di bidang pertahanan dan keamanan, energi dan iklim, teknologi, ekonomi dan bisnis, ilmu pengetahuan dan kesehatan, serta seni.

Lalu ada kategori the Departed. Kategori ini memasukkan tokoh-tokoh luar biasa yang sudah tutup usia pada 2018.

Yang menarik pada kategori 10 pemikir berpengaruh di bawah usia 40 tahun ada nama Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman.

Selain itu, ada juga Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, Penasihat Senior Presiden AS Donald Trump, yaitu Stephen Miller, hingga Anggota DPR AS Alexandria Ocasio-Cortez. Juga ada aktivis China Yue Xin.

Mengutip Foreign Policy, Rabu (23/1/2019), terpilihnya Kim Jong-un masuk daftar pemikir berpengaruh karena mampu meningkatkan keamanan jangka panjang di rezimnya pada 2018.

Pria berusia 35 tahun ini bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada Juni 2018 di Singapura. Hal ini terkait perundingan senjata nuklir yang membuat Korea Utara menghadapi sanksi dan isolasi diplomatik.

Dengan pertemuan itu ada janji pembangunan ekonomi Korea Utara. Akan tetapi, para ahli menilai Kim Jong-un tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya seperti yang dijanjikannya.

Sementara itu, Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman kelihatan pamornya memudar pada 2018. Akan tetapi, kekuatannya baru tumbuh.

Hal itu mengingat pangeran berusia 33 tahun itu diduga membunuh wartawan Jamal Khashoggi pada Oktober.

Kongres AS pun menanggapi dengan meningkatkan pengawasannya terhadap perang yang dipimpin Arab Saudi di Yaman. Selain itu, beberapa tokoh publik berpengaruh juga menarik diri dari konferensi di Davos pada bulan yang sama.

Namun, reputasinya yang turun, peristiwa tersebut tidak banyak berpengaruh untuk mengurangi kepentingan Muhammad bin Salman. Ia berani mempertaruhkan masa depan negaranya untuk mengakhiri ketergantungan terhadap minyak. Inisiatif itu akan membentuk Timur Tengah selama beberapa generasi.