Liputan6.com, Jakarta - Country General Manager Rumah123.com, Ignatius Untung mengatakan, tren penjualan rumah sekunder atau bekas cenderung meningkat pada 2018.
Berdasarkan data Rumah123, rata-rata para pencari rumah lebih banyak dilakukan di wilayah Jabodetabek.
"Tiga area pencarian yang meningkat di Jabodetabek ada di beberapa kota, seperti Depok, Tangerang, dan Bogor," kata Ignatius dalam acara diskusi property outlook 2019, di Jakarta, Kamis (24/1/2019).
Advertisement
Ignatius mengatakan, selain di Jabodetabek, pencarian rumah bekas juga meningkat terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Menariknya pencarian properti di daerah tersebut meningkat dua kali lipat apabila dibandingkan periode sebelumnya.
Baca Juga
"Pencarian properti di Surabaya meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumya," imbuhnya.
Dari tren pencarian rumah yang dilakukan di Jabodetabek dan Surabaya, rata-rata pihaknya mencatat harga rumah yang diminati para pencari properti yakni berada di kisaran Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar.
"Pada 2018 tren pencarian rumah tidak turun di bulan-bulan yang terdahulu dianggap bukan bulannya properti seperti pada saat bulan Juni-Juli bulannya anak sekolah dan juga bulannya Lebaran," ujar dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
REI Targetkan Bangun 230 Ribu Rumah Bersubsidi pada 2019
Sebelumnya, Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) menargetkan membangun 430 ribu unit rumah pada 2019. Ini terdiri dari 230.000 unit rumah bersubsidi dan 200.000 unit rumah komersial bawah dengan kisaran hargaRp 200 juta hingga Rp 300 juta per unit.
“Selain rumah bersubsidi, tahun ini kami akan genjot juga pembangunan rumah komersial bawah dengan harga di bawah Rp 300 jutaan yang menyasar kelompok milenial. Asalkan tidak ada kebijakan yang menganggu pasar, kami yakin target tahun ini dapat tercapai, terlebih melihat kebutuhan masyarakat yang besar di kedua segmen tersebut,” ujar Ketua Umum DPP REI, Soelaeman Soemawinata, Kamis (24/1/2019).
Eman yang selalu rutin memonitor pembangunan rumah untuk MBR di daerah-daerah menyebutkan, REI mempunyai posisi strategis untuk berkarya mendukung program-program strategis pemerintah di bidang perumahan, permukiman, tataruang dan perkotaan karena memiliki kapasitas dan kompetensi di bidang-bidangtersebut.
Berdasarkan data PPDPP, dari total 11.568 pengembang rumah subsidi di seluruh Indonesia, sekitar 5.014 pengembang diantaranya adalah pengembang REI.
Sehingga, tambah Eman, pihaknya cukup percaya diri menyebut bahwa REI adalah asosiasi pengembang tertua dan asosiasi pengembang rumah rakyat terbesar di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu, ke depan REI akan terus mendukung pemerintah dalam membangun dan menyediakan hunian layak huni kepada masyarakat. Hal itu sesuai komitmen REI sebagai ‘Garda Terdepan Membangun Rumah Rakyat’.
Menurut dia, ada beberapa terobosan yang masih perlu dilakukan pemerintah guna memastikan pembangunan rumah rakyat berjalan optimal, antara lain: Pertama, terobosan pajak untuk rumah MBR.
Dimana untuk mempercepat pembangunan rumah rakyat, REI memperjuangkan adanya relaksasi di bidang perpajakan bagi rumah MBR.
Sehingga rumah-rumah yang dijual maksimal 20 persen di atas batasan harga jual (plafon) rumah subsidi FLPP, tidak perlu dikenakan PPN 10 persen dari nilainya. Namun cukup dikenakan atas selisihnya terhadap harga jualrumah yang ditentukan.
Kedua, terobosan penyediaan rumah bagi ASN maupun prajurit TNI/Polri. Dalam dua tahun terakhir ini, ungkap Eman, REI sudah menjalin kerjasama dengan PT Taspen, Jamkrindo, Kementerian Pertahanan, dan Korpri.
Ini sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo untuk mempercepat penyediaan rumah bagi ASN,TNI/Polri.
"Kami berharap akan ada terobosan kebijakan dari pemerintah, yang membuat REI dapat bergerak lebih cepat lagi untuk menyediakan rumah bagi para abdi negeri,”ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement