Sukses

Pengusaha Yakin Kebijakan B20 Dongkrak Harga Sawit

Pengusaha berharap akan ada kenaikan harga dengan penerapan B20 yang semakin meluas ke solar subsidi.

Liputan6.com, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) berharap agar harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) akan membaik tahun ini. Membaiknya harga tersebut seiring dengan perluasan penerapan campuran 20 persen minyak s‎awit dengan biodiesel (B20).

Sekjen G‎APKI Kanya Lakshmi Sidarta mengtakan, penerapan program B20 akan memberikan dampak psikologis pasar sehingga akan mempengaruhi harga. Program tersebut membuat pasokan minyak sawit yang ada dipasar internasional berkurang, meski kebutuhan diperkirakan akan stabil.

"Sekarang begini ketika terjadi ketimpangan maka pasar bergerak turun karena over suply,tapi kalau kita lihat kebijakan B20 kemarin ketarik 20 persen jadi suplay turun," kata Kanya, di Jakarta, Kamis (24/1/2019).

Pengusaha berharap akan ada kenaikan harga dengan penerapan B20 yang semakin meluas ke solar subsidi, ‎sebab pasokan minyak sawit di pasar internasional menurun.

"Memang saya sangat yakin dengan ada kebijakan B20 harga pasti akan bergeser, bergesernya seperti apa begini setiap insan ada rencana perusahaan dia menyesuaikan," tuturnya.

Kanya pun menjamin, para pelaku usaha minyak sawit akan mengikuti kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut, sebab pemerintah telah menetapkan pemberian sanksi bagi badan usaha yang tidak‎ melaksanakanya.

"Selama ini perkembangan B20 dijalankan dengan disiplin, saya tidak melihat satu hal tidak menjalankan karena di situ ada denda," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Program B20 Diprediksi Tekan Impor Solar 6 Juta KL di 2019

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan bahwa kebijakan pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) berupa biodiesel sebesar 20 persen atau B20 ke dalam Bahan Bakar Minyak ( BBM) memberikan dampak positif terhadap impor Solar. Dia memprediksi, penggunaan B20 mampu memangkas impor solar sebesar 6 juta Kiloliter (Kl).

"2019 itu diperkirakan fame itu akan kira kira 6 juta Kl. Berarti impor solarnya akan berkurang segitu. Iya dong ya, berarti itu 20 persen dari total solarnya," ujar Menko Darmin saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Darmin melanjutkan, penyaluran B20 hingga saat ini sudah cukup baik atau mencapai 90 persen. Angka ini akan terus dimaksimalkan hingga mencapai 100 persen dengan menambah sejumlah pusat pencapuran atau floating storage di titik-titik tertentu. 

"B20 ya perkembangannya sudah mulai lumayan baik sudah di atas 90 persen realisasinya dan kita sedang menambahkan ada floating storage dua di Balikpapan mudah-mudahan dengan itu akan makin dekat ke 100 persen. Masih ada satu lagi sih tapi masih perlu waktu. Iya Tuban," jelas Menko Darmin.

Permasalahan saat ini, kata Darmin adalah penyaluran ke daerah-daerah tertentu yang membutuhkan treatment atau perlakuan khusus. Salah satunya Tuban, di mana lautnya harus dibersihkan terlebih dahulu dari ranjau laut.

"Saya kira masih ada satu lagi yang kita Tuban belum selesai karena itu lautnya mesti dibersihkan urusan ranjau laut. Sudah enggak karu-karuan pokoknya ya gitu-gituan dulu. Apalagi musim juga belum bagus kan musim gini pasti ombaknya terlalu gede kita akan undang TNI, perhubungan, pemda," jelasnya.