Sukses

Miliki Banyak Generasi Milenial, Jadi Tantangan Sekaligus Peluang buat RI

Milenial Indonesia siap untuk membawa bangsa ke masyarakat digital, termasuk ketika Indonesia perlu berurusan dengan Revolusi Industri 4.0.

Liputan6.com, Jakarta Di tengah perhelatan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berbagi tentang ledakan generasi muda di Indonesia. Ini dia sampaikan dalam jamuan makan malam bertemakan Bridging the Asian Demographic Divide, pada Selasa (22/1/2019) waktu setempat.

Dia menyatakan, peningkatan ekonomi dari populasi generasi muda terus terjadi di Indonesia. Sementara laju pensiun terjadi di negara seperti Jepang, Thailand, dan Singapura dinilai menjadi tantangan sekaligus peluang bisnis bagi Indonesia.

“Ada 63 juta milenial atau warga usia 20 hingga 35 tahun. Mereka berada pada usia produktif. Ini adalah tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Terutama ketika Indonesia menargetkan untuk masuk ke negara berpenghasilan tertinggi pada tahun 2045. Kuncinya adalah memahami perilaku milenial dan mendorong mereka untuk menjadi pendorong ekonomi berikutnya,” ujar Rudiantara, Kamis (24/1/2019).

Dia menuturkan, Milenial Indonesia adalah Basis Digital. Dengan kecenderungan itu, milenial Indonesia siap untuk membawa bangsa ke masyarakat digital, termasuk ketika Indonesia perlu berurusan dengan Revolusi Industri 4.0.

Hadir dalam sesi ini, Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta H. Fore, Profesor Praktik Manajemen London Business School Lynda Gratton, Menteri Keuangan Selandia Baru Grant Robertson, Direktur dan Anggota Dewan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Axton Salim, Co-Founder, Group President dan Deputy Chairman Fullerton Healthcare Corporation David Sin, Dekan China Institute Fudan University Zhang Weiwei. Sesi ini difasilitasi oleh Kepala Koresponden Internasional, Asia Tenggara Bloomberg News, Haslinda Amin.

WEF 2019 yang mengangkat tema Globalization 4.0: Shaping a Global Architecture in the Age of the Fourth Industrial Revolution ini diikuti oleh lebih dari 3.000 partisipan yang berasal dari kalangan pemerintah, bisnis, budaya, media, termasuk perwakilan Indonesia.