Sukses

Di WEF 2019, Pengusaha John Riady Ungkapkan Tantangan Revolusi Industri 4.0

Grup Lippo juga menyadari bahwa AI kini menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam mengambil keputusan-keputusan krusial, termasuk dalam bisnis.

Liputan6.com, Jakarta Pertemuan ekonomi tahunan World Economic Forum (WEF) kembali digelar. Kali ini berlangsung di Davos, Swiss, dengan fokus membahas arsitektur revolusi industri 4.0. Tema pertemuan tahun ini adalah Globalization 4.0: Shaping a Global Architecture in the Age of the Fourth Industrial Revolution.

Di ajang WEF, salah satu yang hadir dari Indonesia adalah pengusaha nasional yakni Direktur Grup Lippo John Riady. Dalam pertemuan, dia memaparkan dua hal penting yang perlu menjadi pusat perhatian tinggi dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 yakni Kecerdasan Buatan ( AI) dan Maha Data ( Big Data). Pendidikan, memiliki peran sentral, meningkatkan kapabilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam era revolusi industri 4.0.

John Riady mengatakan jika AI meski merupakan bagian dari teknologi digital, namun menggunakan teknologi tersebut untuk mengumpulkan semua data yang besar.  Data ini menjadi sangat penting karena dapat dianalisa dan diolah berdasarkan apa yang menjadi karakter atau kebutuhan masyarakat saat ini.

Dia mengungkapkan jika Grup Lippo  juga menyadari bahwa AI kini menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam mengambil keputusan-keputusan krusial, termasuk dalam bisnis. "Karena itu Kami sudah mulai memasukan AI dan Big Data sebagai bagian untuk mengembangkan service industries (industri layanan/service) dalam Lippo Group," ujar dia, Jumat (25/1/2019).

Dalam WEF, para peserta akan berbagi pengalaman, bagaimana mengelola bisnis di era revolusi industri 4.0. Seperti diketahui, revolusi industri 4.0 telah mengubah cara individu, pemerintahan dan perusahaan berhubungan satu sama lain. 

Seluruh peserta yang hadir akan memanfaatkan semangat WEF Davos untuk membangun masa depan dengan cara yang konstruktif dan kolaboratif.

John Riady menilai jika transformasi merupakan kata yang paling tepat untuk menggambarkan prospek geopolitik, ekonomi dan lingkungan secara global.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan Potensi industri ekonomi digital terus dikembangkan. Pemerintah telah melakukan langkah menumbuhkan sekitar 1000 teknopreneur pada 2020. Jadi fokus pemerintah saat ini adalah bagaimana melakukan akselerasi.

Kehadiran para pebisnis Indonesia di WEF dimaksudkan untuk memberi pesan bahwa Indonesia sudah berhasil dalam menerapkan berbagai keunggulan di era industri 4.0. Pertumbuhan bisnis digital juga luar biasa. Indonesia ingin memberi pesan kepada masyarakat global, bahwa pebisnis di Indonesia sangat concern dengan semangat industri 4.0.

Kata John, kawasan ASEAN sebagai blok baru, juga akan menjadi salah satu topik utama dalam Pertemuan Tahunan WEF 2019. Blok ASEAN memiliki catatan pertumbuhan ekonomi, pembangunan, dan kerja sama regional yang patut ditiru. Wilayah ini dinilai sebagai memiliki dinamika dan peluang yang menonjol paling luar biasa di dunia.

Karena itu, ia mengajak, para pengusaha Indonesia menyambut baik kedatangan revolusi industri 4.0 dengan membuka kesempatan segala sektor untuk lebih berinovasi. Revolusi industri 4.0 harus dimaknai sebagai teman yang bisa memajukan bangsa dan negara.

Di ajang WEF, sejumlah kepala negara dan dan tokoh bisnis seluruh dunia turut hadir. Dari Indonesia, hadir Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan; Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto; serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Thomas Lembong. Dalam WEF, para peserta akan berbagi pengalaman, bagaimana mengelola bisnis di era revolusi industri 4.0.

2 dari 2 halaman

WEF 2019, Hampir 1.500 Jet Pribadi Mendarat di Davos

Para elite yang membahas permasalahan dunia di Davos memilih jet pribadi sebagai sarana transportasi mereka. Tren terkini pun memperlihatkan jet pribadi semakin populer.

Air Charter Service memperkirakan akan ada hampir 1.500 jet pribadi yang mendarat di Davos, Swiss, dalam pekan tahunan World Economic Forum (WEF). Ajang itu mengundang para elite bisnis dan politik dari seluruh dunia untuk membahas isu-isu global terkini.

Davos sebetulnya tidak memiliki lapangan terbang. Para elite memilih memarkirkan pesawat mereka di Zürich, Dübendorf, St. Gallen-Altenrhein dan St. Moritz, demikian laporan resmi Air Charter Service (ACS) di situsnya.

"Daya tarik global dalam ajang ini membuat kita menganalisis aktivitas jet pribadi di WEF selama 5 tahun terakhir," ujar Andy Christie, Direktur Jet Pribadi ACS.

Aktivitas jet pribadi di Davos pada tahun 2018 meningkat 11 persen dari tahun sebelumnya dengan total 1.300 pesawat. Christie percaya jika tren yang sama terjadi tahun ini, maka hampir 1.500 jet pribadi di Davos.

"Jika kita melihat penambahan yang sama tahun ini, kita dapat melihat hampir 1.500 pergerakan pesawat sepanjang enam hari," jelas Christie.

Menurut Christie, acara Davos berbeda dari acara besar lainnya, seperti final Super Bowl atau Liga Champion. Keunikannya adalah Davos mengundang minat elite seluruh dunia dan tak hanya wilayah tertentu.

"Ini (Davos) unik bagi industri karena kami mendapatkan booking dari sejumlah kantor kami di seluruh dunia," kata Christie.

 

Video Terkini