Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah mengawali 2019 dengan positif. Banyak faktor membuat nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS sepanjang awal tahun.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo optimistis, nilai tukar rupiah akan terus perkasa sepanjang 2019.
"Kami melihat bahwa nilai tukar rupiah ke depannya akan stabil dan cenderung menguat," kata Perry dalam paparan KSSK, di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Advertisement
Perry menuturkan, ada empat faktor yang akan mendorong tren penguatan nilai tukar tersebut. Salah satu adalah ketidakpastian ekonomi global yang kian menurun pada 2019.
Baca Juga
Selain itu, The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS dipastikan tidak akan seagresif tahun lalu untuk mengerek suku bunga acuannya.Â
"Karena kenaikan suku bunga The Fed hanya dua kali (tahun ini), sehingga laju kenaikannya lebih rendah dari tahun sebelumnya," ujar dia.Â
Faktor kedua adalah tingkat kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi domestik di tanah air akan terus seiring derasnya aliran masuk modal asing yang sudah dimulai sejak kuartal akhir 2018.
Faktor selanjutnya adalah fundamental ekonomi Indonesia yang diklaim semakin kuat ditandai angka pertumbuhan ekonomi yang baik, tingkat inflasi rendah, dan defisit anggaran yang lebih rendah dari target.
"Terakhir, mekanisme pasar yang lebih baik akan mendukung stabilitas nilai tukar pada 2019," ujar dia.
Â
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Â
Kebuntuan Pembicaraan Dagang AS-China Tekan Rupiah
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. Rupiah diperkirakan kan bergerak di kisaran 14.080 per dolar AS sampai dengan 14.100 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Selasa 29 Januari 2019, rupiah dibuka di angka 14.070 per dolar AS, tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.071 per dolar AS. Namun kemudian rupiah melemah ke 14.091 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.040 per dolar AS hingga 14.094 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,07 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok 14.098 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.038 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan nilai tukar (kurs)Â rupiahmelemah dibayangi kekhawatiran kebuntuan perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China.
"Isu Huawei dikhawatirkan membuat kesepakatan perdagangan antara AS-China yang akan dilangsungkan pada 30 Januari besok di Washington DC, AS, bisa mengalami kebuntuan," ujar Lana dikutip dari Antara.
Pembahasan kesepakatan perdagangan AS-China sendiri kali ini untuk menentukan kelanjutan perang dagang antara AS-China yang dimulai sejak 1 Juli 2018 lalu dengan rencana pengenaan tambahan tarif impor menjadi 25 persen untuk nilai 200 miliar dolar AS barang-barang impor dari China.
Terkait isu Huawei, saat ini semakin melebar dengan tuduhan AS bahwa perusahaan itu melanggar perdagangan dengan Iran yang terkena sanksi dari AS, pencurian rahasia perdagangan, dan pencurian teknologi dari T-Mobile AS. Tuduhan-tuduhan tersebut menjadi pengajuan perkara pada Pengadilan Tinggi di Negara bagian Washington, AS.
Saat ini Chief of Financial Officer (CFO) Huawei sedang mengalami tuntutan hukum di pengadilan Vancouver, Kanada. AS meminta ekstradisi CFO tersebut ke AS.
"Kemungkinan nilai tukar rupiah akan melemah terbawa sentimen pelemahan dolar Hong Kong dan dolar Singapura terhadap dolar AS pagi ini, menuju kisaran antara 14.080 per dolar AS sampai dengan 14.100 per dolar AS," kata Lana.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement