Sukses

Harga Minyak Naik 2,5 Persen Usai AS Beri Sanksi ke Venezuela

Harga minyak mentah berjangka internasional Brent naik USD 1,29 menjadi USD 61,22 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak kembali menguat pada perdagangan Selasa dan berhasil ditutup di zona positif. Kenaikan harga minyak tersebut terjadi setelah Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi kepada perusahaan minyak milik negara Venezuela PDVSA sehingga menekan produksi negara tersebut.

Mengutip CNBC, Rabu (30/1/2019), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS mengakhiri sesi Selasa naik USD 1,32 atau 2,5 persen ke level USD 53,31 per barel. Harga minyak ini turun 3,2 persen di sesi perdagangan sebelumnya.

Sedangkan untuk harga minyak mentah berjangka internasional Brent naik USD 1,29 atau 2,2 persen menjadi USD 61,22 per barel, setelah jatuh hampir 2 persen pada perdagangan Senin.

Pelaku pasar melihat bahwa aksi yang dijalankan oleh AS tersebut dapat menekan pasokan global di saat permintaan dari China mengalami penurunan karena perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Selain memberikan sanksi kepada perusahaan minyak milik negara, AS juga berusaha untuk menekan agar Presiden Venezuela Nicolas Maduro mundur.

Venezuela memiliki cadangan minyak terbukti terbesar di dunia, tetapi potensinya belum terealisasi karena kurangnya investasi. Negara ini juga anggota OPEC, yang menerapkan kesepakatan pengurangan pasokan.

"Sebagian besar negara di Amerika Latin adalah penghasil minyak mentah yang cukup besar, persis seperti penghasil minyak di Teluk AS," tulis perusahaan broker minyak PVM Oil Associates Ltd dalam catatannya.

Menurut data penelusuran kapal dan sumber perdagangan Refinitiv, ekspor minyak Venezuela turun menjadi di bawah 1 juta barel per hari pada 2018 dari 1,6 juta barel per hari pada 2017.

Amerika Serikat telah menjadi pembeli terbesar minyak Venezuela meskipun ada perbedaan politik, mengambil sekitar setengah dari volume ekspor negara itu, diikuti oleh India dan Cina.

Petromatrix memperkirakan bahwa ekspor Venezuela akan turun sekitar 500.000 barel per hari dalam kondisi saat ini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kekhawatiran Investor

Ada juga kekhawatiran di industri minyak bahwa permintaan minyak mentah bisa turun di tengah perlambatan ekonomi.

Aktivitas di sektor manufaktur China yang kemungkinan menyusut untuk bulan kedua berturut-turut usai mengalai perlambatan juga pada Januari menjadi salah satu penyebabnya.

Peringatan dari Caterpillar dan Nvidia pada hari Senin tentang melemahnya permintaan dari China telah mengkhawatirkan para investor.