Sukses

Rupiah Melemah Tertekan Masalah Perang Dagang AS-China

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.087 per dolar AS hingga 14.125 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini. Pada perdagangan hari ini, rupiah kemungkinan akan berada di kisaran 14.050 per dolar AS sampai dengan 14.100 per dolar AS

Mengutip Bloomberg, Rabu (30/1/2019), rupiah dibuka di angka 14.089 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.094 per dolar AS. Namun kemudian, menjelang siang rupiah melemah ke 14.125 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.087 per dolar AS hingga 14.125 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,84 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.112 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.098 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail memprediksi nilai tukar rupiah pada Rabu ini akan bergerak melemah dipicu stabilnya dolar AS sebagai safe haven.

"Sentimen dari stabilnya indeks dolar dan lelang SUN kemarin, kemungkinan akan membuat rupiah melemah," ujar Ahmad seperti dikutip dari Antara.

Menurut dia, stabilnya dolar AS ditopang oleh bervariasinya sentimen yang terjadi. Salah satunya adalah ekspektasi pasar terhadap kemungkinan tidak akan dinaikannya tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), akibat kinerja perusahaan-perusahaan AS melemah sebagai sinyal perlambatan ekonomi negara tersebut.

"Selain itu, kembali tingginya ketidakpastian terkait perjanjian perdagangan antara AS-China setelah AS menuduh perusahaan teknologi China Huawei melanggar sanksi AS atas Iran, membuat investor tidak dapat melepaskan dolar sebagai aset safe haven," ujar Ahmad.

Dari dalam negeri sendiri, penurunan terhadap penawaran yang masuk terhadap lelang Surat Utang Negara (SUN) kemarin dari Rp55,6 triliun pada lelang SUN sebelumnya menjadi Rp 48,6 triliun, menjadi katalis yang cukup negatif terhadap rupiah.

"Rupiah kemungkinan melemah ke angka 14.050 per dolar AS sampai dengan 14.100 per dolar AS," kata Ahmad.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Rupiah Bakal Menguat terhadap Dolar AS Sepanjang Kuartal I 2019

Sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual prediksi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan terus menguat sepanjang kuartal-I 2019. Rupiah diprediksi bisa berada di bawah Rp 14.000 per dolar AS.

"Kuartal-I dukungan untuk emerging market masih positif kisaran Rp 14.000 sementara ini. Ada kemungkinan di bawah Rp 14.000," ujar David di Kantor ISEI, Jakarta, Senin (28/1/2019).

Penguatan rupiah terjadi ditengarai oleh keputusan Amerika Serikat menutup dan membuka kembali pemerintahan.

Selain itu, rencana The Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral AS menaikkan suku bunga hanya dua kali tahun ini memberi sentimen baik untuk negara berkembang. 

"Di dukung juga beberapa berita positif shutdown AS 34 hari berakhir, Demokrat itu disetujui oleh pemerintah. Selain itu juga masih sekitar rencana Fed menaikkan suku bunga lebih lambat dari tahun lalu empat kali menjadi dua kali ini menjadi sentimen yang membuat Rupiah menjadi bagus," ujar dia.

Meski demikian, David mengatakan, pengusaha sebenarnya membutuhkan nilai tukar yang stabil. Oleh karena itu, pemerintah harus berupaya menjaga nilai tukar rupiah tetap pada level tertentu dan tidak bergerak cepat baik menguat atau melemah.

"Rupiah yang penting bukan menguat atau melemah, tapi stabil. Meningkat atau melemah drastis dalam waktu singkat, drastis, tidak baik untuk sektor riil. Mungkin untuk financial menarik ya," kata David.