Sukses

KEIN Ungkapkan Manfaat Penggunaan B50

Ke depan Indonesia perlu meningkatkan nilai tambah produk Crude Palm Oil (CPO) yang akan diekspor.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengungkapkan jika penggunaan biodiesel 50 persen pada pencampuran minyak solar alias B50 memiliki banyak manfaat. Salah satunya menghemat devisa.

"Ini (B50) adalah bagian dari Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang sudah diarahkan presiden. Ada tiga manfaat utama bila kita menggunakan B50. Salah satunya menghemat devisa,” kata dia, di Jakarta, Rabu (30/1/2019).

Tak hanya itu. Menurut dia, penggunaan B50 juga akan memperbaiki defisit neraca perdagangan dari sektor migas serta memacu tumbuhnya industri pengolahan biodiesel di dalam negeri.

"Juga stabilisasi harga, karena 40 persen lebih pengelola sawit kita datang dari rakyat. Maka kita harap itu juga menjaga harga sawit di tingkat masyarakat," imbuhnya.

Dia pun mengatakan bahwa, ke depan Indonesia perlu meningkatkan nilai tambah produk Crude Palm Oil (CPO) yang akan diekspor.

"Untuk ekspor kita ke depan kita harus meningkatkan nilai tambah. Kalau selama ini CPO. Nilai tambah lebih tinggi lagi. Contohnya level ke margarin, kosmetik, atau bahan-bahan kosmetik atau untuk teknologi oil recovery terhadap sumur tua," ungkapnya.

Namun untuk mewujudkan penggunaan B50 di Indonesia dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, baik pemerintah, industri, maupun lembaga riset.

"Butuh komitmen bukan hanya dari pemerintah, tapi juga dari pemasok sawit, industri otomotif dan lembaga riset. Kalau ini bisa kerja sama akan bagus," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

PTPN III Kembangkan B50 untuk Kendaraan Roda Empat

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, lembaga di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara mengambil inisiatif untuk mengembangkan penggunaan biodiesel 50 persen pada pencampuran minyak solar atau B50 untuk kendaraan roda empat.
 
Komisaris Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN III) Muhammad Syakir mengatakan, pengembangan B50 mulai dilakukan sebagai bentuk antisipasi adanya pembatasan-pembatasan dari negara pengimpor produk sawit asal Indonesia.  
 
 
"Penelitian ini dalam rangka adanya pembatasan-pembatasan dari negara pengimpor produk sawit asal Indonesia,” kata dia, di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
 
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) Kementerian Pertanian ini mengatakan bahwa PPKS Medan telah menguji coba B50 terhadap sebuah mobil Multi Purpose Vehicle (MPV) berbahan bakar B20 untuk jarak tempuh 2.000 kilometer.
 
Dari hasil uji coba tersebut, kata dia tercatat bahwa konsumsi bahan bakar menjadi lebih hemat. Selain itu, emisi yang dikeluarkan kendaraan juga lebih rendah. "Mobil ini akan kembali lagi dari Jakarta ke Medan," ujar dia.
 
 
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
 
Sumber: Merdeka.com