Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga acuan usai melakukan pertemuan dalam dua hari ini.
Suku bunga the Fed pun tetap di posisi 2,25-2,5 persen. The Federal Reserve juga akan bersabar untuk menaikkan bunga pinjaman. Akan tetapi, siklus pengetatan yang dimulai pada 2015 mungkin telah berakhir.
Meningkatnya ketidakpastian tentang prospek ekonomi Amerika Serikat (AS), pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell menilai, untuk menaikkan suku bunga kemungkinan melemah. Bank sentral AS pun menurunkan ekspektasi sebelumnya untuk pengetatan lebih jaug.
Advertisement
Sikap the Fed juga lebih dovish atau tidak terlalu agresif untuk pelepasan aset. The Fed juga siap menyesuaikan rencananya berdasarkan perkembangan ekonomi dan keuangan.
Baca Juga
Kepada wartawan, Powell menuturkan, bank sentral mungkin berhenti akan memangkas neraca USD 4,1 triliun lebih cepat. Pihaknya akan tinggalkan lebih banyak aset dari pada yang diperkirakan sebelumnya.
"Situasi sekarang membutuhkan kesabaran (ini prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut-red). Saya pikir itu hal yang benar dan saya merasa sangat kuat," ujar dia, seperti dikutip dari laman Aljazeera, Kamis (31/1/2019).
Secara keseluruhan, pengumuman neraca dan penyesuaian suku bunga dimaksudkan untuk menyampaikan fleksibilitas maksimum dari bank sentral yang dihantam dalam beberapa pekan terakhir oleh volatilitas pasar keuangan, tanda-tanda perlambatan ekonomi global dan penutupan sebagian pemerintah AS yang menganggu perekonomian.
"Ini berubah 180 derajat dari apa yang disiarkan oleh the Fed beberapa bulan lalu," ujar Kepala Ekonom Allianz, Mohammed El-Erian.
Usai pernyataan the Federal reserve, bursa saham AS menguat dengan indeks saham S&P 500 naik 1,5 persen. Sedangkan dolar AS dan imbal hasil obligasi jangka pendek turun karena investor mengukur kemungkinan kenaikan suku bunga lebih rendah dalam waktu dekat.
Pasar berharap suku bunga akan turun lagi. Kenaikan suku bunga diperkirakan hanya sekali pada 2019 dari perkiraan sebelumnya empat kali.
Bank sentral AS juga menyatakan kelanjutan pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan masih kemungkinan yang paling besar untuk mempengaruhi.
Â
Selanjutnya
The Federal Reserve menaikkan suku bunga sebanyak empat kali pada 2018 termasuk pada Desember. Ketika itu mengisyaratkan kenaikan suku bunga dua kali pada 2019.
Prospek ekonomi, bagaimana pun telah menjadi kelabu akibat dari volatilitas baru-baru ini di pasar keuangan. Selain itu, ada sinyal perlambatan di luar negeri termasuk China dan zona euro.
Ada juga kekhawatiran penutupan sebagian pemerintahan AS selama 35 hari dapat ganggu pengeluaran konsumen.
"Mengingat perkembangan ekonomi dan keuangan global, tekanan inflasi yang diredam, komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga di masa depan," kata komite.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, the Fed juga memutuskan untuk terus mengelola kebijakan dengan sistem cadangan yang cukup. Ini memperkuat anggapan kalau jadwal akan berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan.
"Secara keseluruhan ini menandakan the Fed tidak akan menggunakan autopilot ke depan," ujar Justin Lederer, Analis Cantor Fitzgerald.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Â
Advertisement