Sukses

Penguatan Rupiah Bakal Berdampak kepada Penerimaan Negara

Penguatan Rupiah ini terjadi karena isu The Fed yang akan menahan laju kenaikan suku bunga.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus munjukan penguatanya pada perdagangan Jumat ini. Rupiah pagi tadi dibuka menguat di level Rp 13.945 per dolar AS.

Direktur Penyusunan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan, pengutan rupiah ini tidak bisa dilihat secara jangka pendek. Sebab, nominal mata uang Garuda ini diperkirakan akan terus bergerak seiring dengan gejolak ekonomi dunia.

"Rupiah ini kan kita kalau liat APBN asumsi dalam satu tahun. Kita masih akan liat terus sampai akhir tahun itu, kira-kira rata rata berapa jadi kita tidak bisa mengatakan sekarang menguat terus seperti apa. Tapi kita akan pantau terus sampai nanti kira-kira akhir tahun seperti apa," katanya saat ditemui di Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Secara dampak penguatan yang terjadi saat ini berpengaruh terhadap penerimaan yang berasal dari sumber daya alam. Namun, di sisi lain subsidi justru akan mengalami penurunan. "Jadi akan kita akan liat terus sepeti apa (eupiah) karena kita belum tahu sampai akhir tahun seperti apa," imbuhnya.

Perlu diketahui, Kementerian Keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 mematok asumsi nilai tukar rupiah di angka 15.000 per dolar AS. Angka ini n aik dari Rencana APBN yang sebelumnya dipatok 14.400 per dolar AS.

"Kalau asumsinya kan masih 15.000 per dolar AS, tapi kemungkiinan bisa saja lebih rendah kemungkinan akan lebih rendah," terangnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Isu The Fed

Sebelumnya, Deputi III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis Kantor Staf Presiden (KSP), Denni Puspa Purbasari, mengatakan penguatan Rupiah ini terjadi karena isu The Fed yang akan menahan laju kenaikan suku bunga. Ke depan, penguatan ini masih akan berlanjut.

"Iya, karena ekspektasi bahwa oke ekonomi AS kan kita barusan Fed mengatakan bahwa akan gradually menaikkan, akan lebih patient. Dan kita jadi tahulah aliran capital tidak mengalir ke sana," ujarnya di Hotel Mulia, Jakarta.

Puspa mengatakan, dana sebagian besar akan mulai masuk ke negara-negara berkembang. Salah satunya adalah Indonesia, sebab Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kompetisi investasi yang tinggi.

"Jadi banyak mengalir ke potensi ekonomi-ekonomi dunia. Indonesia adalah salah satu radar investor global untuk jadi sasaran dana masuk. Karena dilihat dari price earning ratio dan satunya lagi earning growth itu di Indonesia masih kompetitif. Jadi why not, kamu taruh lagi di Indonesia uangnya," tandasnya

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com